REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Kantin-kantin di Universitas di Kota Berlin akan lebih banyak menyediakan menu vegan dan vegetarian pada semester depan. Salah satu langkah agar makanan di kampus lebih ramah iklim.
Selasa (31/8) BBC melaporkan saat ini kantin-kantin kampus masih tutup. Tapi makanan dapat diambil sesuai pesanan. Menu baru dirancang untuk mengurangi jejak karbon di universitas-universitas ibukota Jerman.
Banyak makanan tradisional Jerman yang menggunakan daging sebagai bahannya seperti schnitzels, bratwurst dan kaki babi. Tapi ilmuwan mengatakan produksi emisi karbon dari industri daging berkontribusi pada perubahan iklim.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan perternakan bertanggung jawab atas 14,5 persen efek rumah kaca. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 2019 lalu menyebutkan diet sayur dan buah memberi kesempatan besar untuk memitigasi perubahan iklim.
Mahasiswi dari perkumpulan mahasiswa Studentenwerk, Daniela Kummle mengatakan pada media-media Jerman semakin banyak permintaan agar 'kantin-kantin mereka lebih ramah iklim.'
Kantin vegan pertama untuk mahasiswa di Berlin di buka di Technical University pada tahun 2019. Menunjukkan semakin tumbuhnya makanan berbasis tumbuhan di Jerman.
Pola makan atau diet vegan dan vegetarian sangat populer di Jerman. Negara itu masuk negara teratas dengan populasi vegan dan vegetarian terbesar pada tahun 2020.
Penelitian yang dilakukan perusahaan supermarket Veganz menunjukkan sekitar 2,6 juta orang atau 3,2 persen populasi Jerman vegan. Sementara 3,6 juta orang atau 4,4 persen vegetarian.
Sementara itu perlindungan iklim menjadi isu yang semakin besar di universitas-universitas di Berlin. Banyak yang sudah merancang rencana mereka untuk mengurangi jejak karbon.
Humboldt University ingin netral karbon pada tahun 2030 dan telah mempekerjakan dua orang manajer perlindungan iklim. Technical University juga ingin netral karbon pada 2045.
Universitas-universitas juga merenovasi gedung-gedung mereka akan lebih efisien dalam menggunakan energi. Ratusan staf universitas juga mengambil inisiatif untuk mengurangi menggunakan pesawat pada perjalanan jarak pendek.