REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintah Israel menentang rencana Amerika Serikat (AS) membuka kembali konsulatnya untuk Palestina di Yerusalem Timur. Tel Aviv menilai, hal itu merupakan ide buruk.
“Kami pikir itu ide yang buruk dan kami telah memberi tahu Amerika bahwa kami pikir itu ide yang buruk,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, dikutip Times of Israel, Rabu (1/9).
Lapid berpendapat, langkah AS membuka kembali konsulatnya untuk Palestina di Yerusalem Timur akan mengirim pesan keliru. “Tidak hanya ke kawasan, tidak hanya ke Palestina, tapi juga ke negara lain, dan kami tidak ingin ini terjadi,” ujarnya.
Dia memperingatkan, kabinet Israel saat ini memiliki struktur yang sensitif. Jika AS mengambil langkah semacam itu untuk Palestina, hal tersebut dapat mengacaukannya. Pemerintahan Israel diketahui dibentuk koalisi yang sangat rapuh dari partai-partai ekstrem kanan, tengah, kiri, dan Arab.
Pada Desember 2017, AS, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia menjadi negara pertama yang memberi pengakuan semacam itu. Pada Mei 2018, Washington memindahkan kedutaannya untuk Israel ke Yerusalem.
Di tahun yang sama, pemerintahan Trump menutup konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem Timur. Serangkaian langkah tersebut sempat memicu ketegangan, tak hanya di Tepi Barat, tapi juga Jalur Gaza.
Baca juga : AS akan Evakuasi Warga dari Afghanistan Lewat Jalur Darat