Sabtu 04 Sep 2021 10:13 WIB

Google Kunci Sementara Email Pemerintah Afghanistan

Penguncian untuk mengatasi kekhawatiran jejak berkas digital mantan pejabat.

Google untuk sementara mengunci sejumlah akun email milik pemerintah Afghanistan untuk mengatasi kekhawatiran jejak berkas digital yang ditinggalkan mantan pejabat pemerintahan. (Foto: ilustrasi Google)
Foto: Flickr
Google untuk sementara mengunci sejumlah akun email milik pemerintah Afghanistan untuk mengatasi kekhawatiran jejak berkas digital yang ditinggalkan mantan pejabat pemerintahan. (Foto: ilustrasi Google)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google untuk sementara mengunci sejumlah akun email milik pemerintah Afghanistan. Penguncian untuk mengatasi kekhawatiran jejak berkas digital yang ditinggalkan mantan pejabat pemerintahan.

Dalam keterangan tertulis, dikutip dari Reuters, Sabtu (4/9), Google mengonfirmasi akun pemerintah Afghanistan dikunci dan mereka sedang memantau situasi di negara tersebut sambil "melakukan langkah sementara untuk mengamankan akun-akun yang relevan". Salah seorang mantan pegawai pemerintahan menyatakan Taliban berupaya mengambil akun email mantan pejabat. 

Baca Juga

Narasumber yang dirahasiakan itu pada bulan lalu menyatakan Taliban memintanya untuk menjaga data yang disimpan di kementerian tempat dia bekerja dulu. Sejak pemerintahan Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, muncul kekhawatiran basis data biometrik mungkin dieksploitasi untuk mencari musuh mereka.

Rekam jejak surat-menyurat yang tersedia secara publik menunjukkan puluhan lembaga pemerintahan Afghanistan menggunakan server milik Google untuk surat elektronik resmi, antara lain Kementerian Keuangan, Industri, Pendidikan Tinggi dan Pertambangan. Protokol presidensial Afghanistan juga menggunakan Google, begitu juga sejumlah pemerintah lokal.

Menguasai pangkalan data dan email pemerintah dapat mengungkapkan informasi tentang para pegawai di pemerintahan sebelumnya, mantan menteri, kontraktor pemerintah, suku yang menjadi sekutu sampai mitra asing. Rekam jejak publik juga menunjukkan sejumlah lembaga pemerintahan menggunakan layanan email dari Microsoft Corp. 

Perusahaan tersebut menolak memberikan keterangan soal langkah apa saja yang mereka lakukan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement