REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS— Suriah menyambut baik permintaan Lebanon untuk mengimpor gas Mesir untuk pembangkit energi melalui wilayahnya, Sabtu (4/9)
Keputusan ini setelah para menteri Lebanon melakukan kunjungan tingkat tertinggi ke Damaskus dalam beberapa tahun.
Lebanon menderita kekurangan energi yang bahkan memaksa layanan penting termasuk rumah sakit untuk menutup atau mengurangi operasi.
Krisis tersebut merupakan hasil dari krisis keuangan yang lebih luas yang telah menghancurkan perekonomian sejak 2019.
Delegasi yang dipimpin Menteri Luar Negeri Lebanon Zeina Akkar, bertujuan untuk membuka jalan bagi rencana yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi kekurangan listrik di Lebanon dengan mentransmisikan listrik melalui jaringan Suriah.
"Pihak Suriah menyambut baik permintaan tersebut dan meyakinkan bahwa pihaknya siap untuk memenuhinya," ujar sekretaris jenderal Dewan Tinggi Suriah Lebanon, Nasri Khoury, usai pertemuan tersebut.
Rencana tersebut melibatkan penggunaan gas Mesir untuk menghasilkan listrik di Yordania. Kemudian akan ditransmisikan melalui Suriah ke Lebanon.
Sanksi Washington terhadap Damaskus merupakan faktor rumit dalam upaya membantu Beirut melalui Damaskus. Namun anggota kongres yang mengunjungi Beirut pekan ini mengatakan Washington sedang mencari cara untuk segera mengatasi rintangan tersebut.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Lebanon, Dorothy Shea, juga mengatakan ada keinginan untuk mewujudkan rencana itu.
Pejabat pemerintah Lebanon sebagian besar menghindari Suriah sejak perang dimulai pada 2011. Ketika itu Beirut mengadopsi kebijakan untuk menghindari konflik regional, bahkan ketika kelompok Syiah Hizbullah berjuang untuk mendukung Damaskus.