Ahad 05 Sep 2021 22:40 WIB

Taliban Ingin Punya Hubungan Diplomatik dengan Jerman

Taliban memaafkan keterlibatan jerman dalam perang Afghanistan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Taliban memaafkan keterlibatan jerman dalam perang Afghanistan. Ilustrasi Taliban
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Taliban memaafkan keterlibatan jerman dalam perang Afghanistan. Ilustrasi Taliban

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Kelompok Taliban mengatakan mereka berharap dapat membangun hubungan diplomatik dengan Jerman. 

Taliban tak mempermasalahkan keterlibatan Berlin dalam konflik di Afghanistan. “Kami ingin hubungan resmi dan kuat dengan Jerman,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid saat diwawancara surat kabar Jerman, Welt am Sonntag, Ahad (5/9). 

Baca Juga

Menurut laporan Welt am Sonntag, Taliban juga mengharapkan bantuan finansial dari Jerman, termasuk bantuan kemanusiaan. Taliban ingin ada kerja sama di bidang sistem perawatan kesehatan, pendidikan, dan pertanian. 

Mujahid mengungkapkan, Taliban sebenarnya menyesalkan keterlibatan Jerman dalam konflik Afghanistan. Dalam hal ini, dia menyoroti peran Jerman dalam bekerja sama dengan militer Amerika Serikat (AS). “Tapi sekarang (Jerman) sudah dimaafkan,” ujarnya. 

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, telah mengatakan negaranya akan menunggu Taliban membentuk pemerintahan baru di Afghanistan. 

Berlin bakal memantau apakah Taliban berkomitmen memenuhi janji-janjinya, termasuk perihal mengizinkan warga sipil bepergian dari Bandara Kabul.

“Taliban telah berjanji, tapi dalam beberapa hari dan pekan mendatang, kita akan mengetahui apakah kita dapat mengandalkan itu,” kata Maas dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi di Islamabad pada 31 Agustus lalu. 

Selain perihal kebebasan perjalanan, Jerman pun akan memantau apakah Taliban menepati janjinya untuk membentuk pemerintahan inklusif. 

"Taliban ingin membentuk pemerintahan baru, dan ini akan memberi kami indikasi apakah permintaan kami agar inklusif terpenuhi," ucapnya. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement