REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Hankuk University for Foreign Studies/HUFS di Korea Selatan (Korsel) baru saja membuka mata kuliah Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA), Senin (6/9). HUFS adalah perguruan tinggi pertama yang berkolaborasi dengan KBRI Seoul untuk program BIPA.
“Penting untuk belajar Bahasa Indonesia, tidak kalah pentingnya untuk cintai budaya Indonesia, dan tentunya bersahabat dengan masyarakat Indonesia,” kata Duta Besar RI untuk Korsel Umar Hadi, saat pembukaan kuliah virtual BIPA semester genap tahun ajaran 2021 untuk pelajar HUFS di Kampus Global, Kota Yongin, Korsel, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin.
“Dibukanya mata kuliah Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing/BIPA di Hankuk University for Foreign Studies/HUFS menandai era baru diplomasi bahasa serta budaya Indonesia ke Korea Selatan,” kata Umar menambahkan.
Umar berpesan, pada abad ke-21 masyarakat dunia hidup di dalam era tiga disrupsi yaitu disrupsi lingkungan (perubahan iklim), teknologi (artificial intelligence), kesehatan publik (pandemi Covid-19). Ke depan, industri terkait bidang pangan, kesehatan, digital dan hijau diperkirakan akan menjadi bidang-bidang industri utama.
Umar juga menyampaikan kisah sukses generasi muda Korsel yang merancang aplikasi untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) berkolaborasi dengan organisasi kemasyarakatan Indonesia. Pada satu dekade ke depan, investasi perusahaan Korsel yang padat teknologi akan semakin banyak. Tenaga kerja muda Korsel yang fasih berbahasa Indonesia maupun tenaga kerja muda Indonesia yang fasih berbahasa Korea akan sangat diperlukan perusahaan-perusahaan tersebut.
“HUFS bangga menjadi perguruan tinggi pertama yang berkolaborasi dengan KBRI Seoul untuk program BIPA” diungkapkan Profesor Dr Song Seung Won, Ketua Jurusan HUFS.
Profesor Wong terkenang akan pengalaman studinya saat menuntut ilmu di Universitas Indonesia, Depok. Pengalaman itu membuatnya mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini merupakan modalnya saat melakukan riset akademik di pulau-pulau kecil di Indonesia.
Kelas BIPA dirancang khusus oleh Atase Pendidikan pertama di KBRI Seoul yang mulai bertugas sejak bulan Februari 2021, Dr Gogot Suharwoto. Menitikberatkan unsur Bahasa sebagai wujud diplomasi budaya, BIPA di Korea Selatan juga akan berisi kelas mengenai promosi ekonomi kreatif dari Tanah Air, subsektor fashion yaitu kelas batik dan musik yaitu kelas gamelan.
Dr Komaruddin Kudiya adalah akademisi dan pendiri Rumah Batik Komar yang akan menjadi salah satu pengajar kelas batik. Ia menyampaikan pentingnya bagi pelajar HUFS sebagai calon-calon pemimpin Korsel di masa depan untuk mempelajari batik tidak saja sebagai warisan budaya tak benda tetapi juga ikon ekonomi kreatif Indonesia.
Sebelum kuliah dibuka, program BIPA secara resmi diluncurkan (official launching) pada tanggal 4 September 2021. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud RI. Prof Dr Aminuddin Aziz menyampaikan, "Internasionalisasi Bahasa Indonesia merupakan diplomasi budaya yang efektif. Once you learn about Indonesian language, we kindly hope you will grow your love to Indonesian culture. Untuk itu, kami menyampaikan apresiasi atas kiprah KBRI Seoul meluncurkan program BIPA di Korsel".
Profesor Dr Kim Yong Ae (Wakil Rektor Bidang Akademik HUFS), Profesor Dr Yekyoum Kim (Busan University for Foreign Studies/BUFS) dan Ketua APP BIPA, Dr Liliana Muliastuti, MPd turut hadir pada kegiatan tersebut.
Han Yoo Ra, influencer-youtuber Korsel yang fasih berbahasa Indonesia, tidak ketinggalan menyampaikan alasannya belajar Bahasa Indonesia. Ia mengaku kangen liburan ke Pulau Dewata.
BIPA adalah salah satu flagship program KBRI Seoul pada 2021, yang ditargetkan untuk berlanjut di kampus lainnya pada tahun-tahun mendatang, termasuk di BUFS. HUFS dan BUFS merupakan universitas favorit bagi pelajar lokal dan asing, termasuk Indonesia.