Selasa 07 Sep 2021 15:45 WIB

Mungkinkah Taliban dan Iran akan Mesra? Ini Kata Pakar

Iran dinilai punya banyak kesamaan pemahaman dengan Syiah dan Hazara Afghanistan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang tentara Taliban berjaga di gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/9).  Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Ariana Afghan Airlines yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.
Foto: AP/Wali Sabawoon
Seorang tentara Taliban berjaga di gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/9). Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Ariana Afghan Airlines yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pakar senior dan analis urusan Afghanistan di Iran, Pir Mohammad Mollazehi menilai masa depan hubungan Iran dan Afghanistan bergantung pada pendekatan Taliban terhadap negaranya. Hal itu bisa dibuktikan dengan pembentukan pemerintahan yang inklusif seperti dijanjikan Taliban.

"Jika Taliban bergerak ke arah distribusi kekuasaan dan melibatkan kelompok etnis lain, terutama orang-orang Syiah dan berbahasa Turki, dalam struktur pemerintahan, tujuannya akan selaras dengan apa yang juga disukai oleh Iran sebab Iran juga menyukai pembentukan pemerintahan yang inklusif dengan basis sosial yang luas di Afghanistan," ujar Par seperti dikutip laman Mehr News Agency, Selasa (7/9).

Baca Juga

Dia mengatakan, Iran memiliki banyak kesamaan ideologis dengan Syiah dan Hazara Afghanistan serta dengan orang-orang Tajik Afghanistan. Menurutnya semua ini juga untuk kepentingan Iran.

Namun demikian, ujar dia, jika Taliban mencari monopoli kekuasaan, mengingat ideologi kelompok tersebut berbeda dengan Iran dan lebih dekat dengan Arab Saudi, maka sepertinya hubungan Iran dengan Taliban atau pemerintahan yang dibentuk oleh Taliban tidak akan jauh lebih bersahabat.

Par juga masih menerka-nerka pernyataan Taliban dalam membentuk pemerintahan yang inklusif bisa jadi hanya untuk mempengaruhi pandangan masyarakat internasional terhadap kelompoknya. Kini Taliban memiliki pekerjaan rumah yang harus ditilik lagi oleh dunia. Pertama, yakni kebutuhan domestik seperti menenangkan situasi dan mencegah setiap gerakan yang akan melawan mereka.

Kedua, yakni berkelindan dengan kebutuhan Taliban akan pengakuan internasional agar terpercaya menguasai tapak besar Afghanistan. "Oleh karena itu, saya percaya bahwa dua kebutuhan ini telah memaksa Taliban untuk mengambil sikap yang agak lebih seimbangdan berbicara tentang kebebasan semua kelompok politik dan sosial dan bahkan partisipasi mereka dalam struktur pemerintahan," tutur dia.

"Namun, apakah Taliban pada akhirnya akan mengejar kebijakan yang sama masih menjadi perdebatan," ujarnya menambahkan.

Sementara itu menyoal peran Iran untuk Afghanistan, Par menilai bahwa Iran terbukti sangat membantu karena memiliki perbatasan yang panjang dengan negara tersebut. Selain itu, Taliban pun mengandalkan Iran.

Menurut dia, Iran bakal memainkan peran dalam pembentukan pemerintah inklusif di Afghanistan. Asalkan ada konsensus tentang masalah ini di antara para pemain kunci Iran.

Masa depan Afghanistan dipertanyakan setelah Kabul direbut oleh Taliban dan berakhirnya perang 20 tahun Amerika Serikat di Afghanistan. Struktur pemerintahan Afghanistan bakal segera diumumkan di tengah isu perselisihan internal Taliban soal pembentukan negara.

Taliban dilaporkan akan membentuk pemerintahan seperti model Iran dengan adanya pemimpin tertinggi, presiden dan perdana menteri di bawahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement