REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pengadilan tinggi Prancis pada Selasa (7/9) mengatakan raksasa semen, Lafarge, menghadapi penyelidikan karena mendukung pendanaan ISIS di Suriah utara. Pengadilan Kasasi juga menguatkan tuduhan bahwa raksasa semen itu mendanai kegiatan terorisme.
Dokumen yang diperoleh Anadolu Agency menunjukkan bahwa, raksasa semen itu mengatakan kepada badan intelijen Prancis tentang hubungannya dengan kelompok ISIS. Dokumen menunjukkan bahwa agen intel Prancis menggunakan jaringan hubungan Lafarge dengan kelompok teror di Suriah. Dokumen itu mengungkapkan bahwa, intelijen Prancis tidak memperingatkan perusahaan bahwa mereka melakukan kejahatan.
Menurut dokumen resmi Prancis, hubungan antara Lafarge dan badan intelijen dimulai pada 22 Januari 2014. Tepatnya ketika direktur keamanan perusahaan Jean-Claude Veillard mengirim email ke direktorat intelijen Kementerian Dalam Negeri.
Dilansir Anadolu Agency, Rabu (8/9), dalam suratnya, Veillard mengatakan, perusahaan perlu menjaga hubungan dengan "aktor lokal" untuk dapat melanjutkan operasinya di Suriah. Mengingat berita negatif yang muncul di media tentang Lafarge, Veillard bertanya kepada intelijen apakah eksekutif dan kantor pusat perusahaan berada di bawah ancaman. Menanggapi surat Veillard, intelijen mengatakan bahwa mereka akan mengatasi masalah tersebut.
Petugas intelijen dengan kode nama AM 02, muncul di pengadilan pada 18 November 2018. Menurut catatan pengadilan, petugas itu mengakui bahwa Lafarge adalah sumber informasinya di Suriah. Petugas intelijen mengatakan kepada hakim bagaimana dinas rahasia Prancis mengambil keuntungan dari pabrik Lafarge. Petugas intelijen mengatakan, Lafarge mengirim semen ke semua kelompok bersenjata di Suriah termasuk Front al-Nusra pada 2012-2014.
“Kami mendekati situasi secara oportunistik, mengambil keuntungan dari pekerjaan Lafarge yang berkelanjutan,” kata petugas intelijen di pengadilan.
Rincian pengiriman semen ke organisasi teroris ISIS dibahas dalam korespondensi 1 September 2014 antara Veillard, dan intelijen Kementerian Dalam Negeri Prancis. Beberapa dokumen menunjukkan bahwa, Lafarge beserta dinas intelijen domestik, asing, dan militer Prancis melakukan pertemuan lebih dari 30 kali antara 2013 dan 2014.
ISIS menggunakan semen yang dikirim oleh Lafarge untuk membangun benteng pertahanan dan jaringan terowongan, yang digunakan untuk melawan kekuatan Koalisi yang dipimpin oleh AS.
Lafarge secara teratur menyokong pendanaan ISIS selama perang saudara Suriah pada 2016. Menurut media Prancis, perusahaan itu juga memasok bahan bakar ke ISIS untuk melanjutkan aktivitasnya di wilayah Celibiye, Suriah.
Pada 2017, Lafarge mengakui telah melakukan pembayaran kepada kelompok-kelompok bersenjata di Suriah. Namun, perusahaan itu membantah tuduhan keterlibatan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.
Setelah dilakukan penyelidikan, delapan manajer, termasuk dua perwira tinggi, dituduh mendanai terorisme dan kerja sama dalam melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tuduhan tersebut dijatuhkan pada November 2019. Organisasi non-pemerintah membawa kasus ini ke Mahkamah Agung Prancis, yang menguatkan tuduhan terhadap Lafarge atas pembiayaan terorisme.