Rabu 08 Sep 2021 22:50 WIB

Sidang Serangan Teror Terbesar di Paris Dimulai

Lebih dari 1.000 polisi akan dikerahkan untuk memastikan keamanan persidangan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara antiteroris Prancis
Foto: AP Photo/Sebastien Erome
Tentara antiteroris Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Puluhan polisi berkumpul di sekitar gedung pengadilan Palais de Justice di pusat kota Paris, pada Rabu (8/9) pagi. Mereka menjaga keamanan dengan ketat selama persidangan 20 pria yang diduga terlibat dalam aksi teror di Paris pada 13 November 2015.

Sebuah mobil van yang diduga membawa beberapa terdakwa, meninggalkan penjara Fleury-Merogis di selatan Paris menjelang dimulainya persidangan, yang dijadwalkan sekitar pukul 12:30 waktu setempat.

Baca Juga

Secara total, lebih dari 1.000 polisi akan dikerahkan untuk memastikan keamanan persidangan. "Ancaman teroris di Prancis tinggi, terutama pada saat-saat persidangan seperti ini. Saya minta semuanya untuk waspada," ujar Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin kepada radio France Inter.

 

Mereka yang diberi wewenang untuk menghadiri persidangan harus melalui beberapa pos pemeriksaan sebelum diizinkan masuk ke ruang sidang. Persidangan akan berlangsung sembilan bulan. Sekitar 1.800 penggugat dan lebih dari 300 pengacara mengambil bagian dalam sidang tersebut.

Menteri Kehakiman Eric Dupond-Moretti menggambarkan sidang itu sebagai maraton peradilan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Putusan sidang diharapkan pada akhir Mei.

Sekitar 130 orang tewas dan ratusan terluka ketika orang-orang bersenjata dengan rompi bunuh diri menyerang enam bar dan restoran. Mereka juga menyerang gedung konser Bataclan dan stadion olahraga.

Sebagian besar terdakwa, termasuk Salah Abdeslam (31 tahun) yang merupakan warga Prancis-Maroko diyakini sebagai satu-satunya anggota yang masih hidup dari kelompok yang diduga melakukan serangan itu. Dia menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.

Sementara enam tersangka lainnya akan diadili secara in absentia. Mereka dituduh membantu menyediakan senjata dan mobil atau berperan dalam mengatur serangan.

Para penyintas dan kerabat dari korban yang meninggal dunia mengatakan, mereka berharap persidangan akan membantu mereka untuk memahami apa yang terjadi. Mereka berharap tidak ada lagi serangan serupa di masa depan.

 “Malam itu menjerumuskan kami semua ke dalam kengerian dan keburukan,” Jean-Pierre Albertini, yang putranya tewas di gedung konser Bataclan.

Sementara, korban selamat dari serangan di Bataclan, Jerome Barthelemy, mengatakan, dia saat ini dalam kondisi cukup baik. Tetapi dia menderita depresi dan kecemasan. "Apa yang saya pedulikan dalam persidangan adalah kesaksian dari para penyintas lainnya, (untuk) mendengar bagaimana mereka telah mengatasinya selama enam tahun terakhir. Adapun terdakwa, saya bahkan tidak berharap mereka berbicara," kata Barthelemy.

ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Mereka meminta para pengikutnya untuk menyerang Prancis yang terlibat dalam perang melawan ISIS di Irak dan Suriah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement