REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki pada Rabu mengaku prihatin atas laporan terbaru pasukan rezim Assad yang meningkatkan serangan di kota Daraa di barat daya Suriah. Ankara terus memantau kondisi di sana.
"Kami memantau dengan cermat perkembangan di Daraa dengan penuh prihatin," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Tanju Bilgic dalam sebuah pernyataan tertulis.
Mengacu pada serangan intens rezim Assad yang menargetkan warga sipil di sana, Bilgic mengatakan pengepungan lingkungan Daraa al-Balad dan sekitarnya tidak dapat diterima.
Dia juga menolak klaim bahwa Turki telah menyetujui dan akan menerima warga sipil yang datang dari Suriah selama upaya mediasi antara rezim Assad dan kelompok oposisi.
Turki mengharapkan perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 6 September menjadi "permanen" kali ini dan perlakuan tidak manusiawi terhadap rakyat Daraa akan berakhir, tambah Bilgic.
Daraa al-Balad diblokade oleh pasukan rezim pada 25 Juni setelah penduduk, termasuk mantan anggota oposisi Suriah, menolak untuk menyerahkan senjata ringan dan mengizinkan pasukan rezim untuk menggeledah rumah-rumah di daerah tersebut.
Daraa, yang dikenal sebagai tempat kelahiran revolusi Suriah, menjadi rumah bagi 40 ribu penduduk dan merupakan kubu oposisi hingga 2018.
Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi.