REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul, Korea Selatan (Korsel), menggandeng Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) di Busan untuk menyelenggarakan kegiatan terpadu promosi kopi. Acara itu bertajuk Virtual Business Matchmaking (VBM) dan Bincang Kopi Coffeeversation secara daring, Rabu (8/9).
Duta Besar Republik Indonesia untuk Korsel Umar Hadi menyampaikan bahwa peluang pasar kopi di Korsel sangatlah besar. Penilaian ini mempertimbangkan peningkatan nilai konsumsi kopi masyarakat Korsel yang terus meningkat, jumlah café atau coffee shop yang meningkat setiap tahun dan tren kenaikan impor kopi Korsel dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Indonesia
Umar Hadi optimis bahwa eksportir kopi Indonesia akan sukses tembus pasar dengan berbekal lima hal. Kelimanya adalah adaptif terhadap selera pasar, pastikan kualitas yang baik dari produk yang dikirim, konsistensi ketepatan waktu pengiriman produk, manfaatkan teknologi digital tepat guna, ikuti peraturan dan standar setempat serta perhatikan jika terdapat stimulus.
“Saat ini Indonesia merupakan negara ke-4 produsen kopi terbesar dan negara ke-9 eksportir kopi di dunia. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan mengapresiasi strategi diplomasi kopi oleh KBRI Seoul dan ITPC Busan untuk menjembatani komunikasi antara eksportir kopi Indonesia dan calon pembeli dari Korsel. Kegiatan VBM dan Bincang Kopi adalah upaya efektif untuk membuat kopi Indonesia semakin mendunia”, disampaikan Didi Sumedi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI yang turut hadir pada pembukaan kegiatan.
Dalam kesempatan tersebut, KBRI Seoul dan ITPC Busan meluncurkan Buku Saku Digital “Panduan Praktis Ekspor Produk Makanan dan Minuman ke Korea Selatan”. Buku ini sebagai platform atau panduan bagi para eksportir Indonesia, khususnya UMKM. Buku Saku Digital ini dapat diunduh secara gratis di situs resmi KBRI Seoul. Sesi VBM telah dihadiri oleh 22 eksportir kopi Indonesia dan tujuh pedagang kopi asal Korsel.
Pada sesi Bincang Kopi Coffeeversation, Prof. Young-Sup Joo, mantan menteri Usaha Kecil dan Menengah (UKM), menyampaikan apresiasi khusus atas gerak cepat KBRI Seoul dalam mempertemukan pelaku industri kopi kedua negara, termasuk UKM. Profesor yang kini mengajar di Seoul National University tersebut kemudian menyebutkan bahwa kopi Indonesia memiliki cita rasa yang unik dan tingkat keasaman (acidity) yang rendah, hal ini membuat kopi Indonesia digemari oleh masyarakat Korsel.
Coffeeversation menghadirkan 3 pelaku industri kopi yaitu Ms Kim Myeong Suk (pemilik Ulubelu Coffee di Seoul) dan Ms Lee Mi Ae (pemilik MIA Coffee di Busan) dan Steve Hidajat (pemilik PT Selera Indah Perdana/Kopi Presiden di Jakarta). MIA Coffee memaparkan teknik penyajian brewed coffee yang berasal dari biji kopi Aceh Gayo.
Sementara, Ulubelu Coffee yang namanya diambil dari Gunung Ulubelu di Lampung, menyajikan Iced Dolce Latte dan Hot Cappucino dari kopi Lampung dan Mandheling.
Java Mocha, karya special blend oleh Umar, disajikan sebagai cold brew oleh Steve Hidajat. Java Mocha merupakan varian baru Kopi Presiden yang diproduksi istimewa dan diluncurkan secara resmi oleh Duta Besar RI di Seoul pada acara tersebut menandai diplomasi kopi Indonesia-Korea Selatan.
Dalam kesempatan tersebut, Umar telah menyaksikan secara daring penyampaikan Rekor Indonesia oleh Museum Rekor Indonesia kepada Steve Hidajat atas prestasi penjualan kopi jenis Liberika Kalimantan yang menembus nilai penjualan yang tinggi. Penjualan kopi Liberika Kalimantan dimuat dalam satu paket yang berisi tidak hanya kopi tetapi juga kain tradisional Tenun Kalimantan yang sarat filosofi. Setiap gift box kopi dan kain berisi dokumentasi Nila Umar Hadi, istri Duta Besar RI di Seoul saat menampilkan Tari Enggang dalam busana tradisional khas Suku Dayak Kenyah dari Kalimantan Timur.