REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengatakan Washington tetap mempersiapkan pertemuan diplomatik dengan Korea Utara (Korut). Walaupun, Pyongyang belum merespons tawaran tersebut.
"Kami sudah menegaskan pada (Korut) kami mempersiapkan pertemuan, untuk terlibat dalam negosiasi prinsipil, kapan pun, di mana pun, saya tidak memiliki hal baru untuk anda mengenai respon Korut pada tawaran ini, tapi tawaran ini tetap ada," kata Price dalam konferensi pers seperti dikutip Sputnik News, Jumat (10/9).
Price juga mengkonfirmasi Departemen Luar Negeri AS mengetahui laporan Korut mengoperasikan kembali reaktor nuklir utama di Yongbyon bulan Juli lalu. Dalam laporannya 30 Agustus lalu badan pemantau nuklir PBB, International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan Korut kembali memproduksi plutonium di Yongbyon.
Price mengatakan bersama mitra-mitranya pemerintah AS sedang mengatasi perkembangan ini. Laporan IAEA menekankan kebutuhan dialog dan diplomasi antara Amerika Serikat dan Korut untuk meraih denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Dalam laporannya, IAEA mengatakan tanda-tanda beroperasinya reaktor 5-megawatt (MW) yang mampu memproduksi plutonium untuk senjata nuklir pertama kali terlihat pada akhir tahun 2018.
"Sejak awal Juli 2021 sudah ada tanda-tanda yang konsisten dengan dimulai operasi, seperti dicabutnya air pendingin," kata IAEA dalam laporan mereka mengenai reaktor di komplek nuklir Yongbyon, jantung program nuklir Korut.
Sejak Pyongyang mengusir inspektor IAEA pada tahun 2009 lalu lembaga internasional itu tidak memiliki akses ke Korut. Negara itu kerap mengancam akan melanjutkan program senjata nuklir dan akan kembali melakukan ujicoba.
Terakhir kali Korut menggelar uji coba senjata nuklir dilakukan pada 2017 lalu. Kini IAEA hanya dapat mengawasi Korut dari jauh, sebagian besar dilakukan melalui satelit.