REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam diskusi lewat telepon pada Jumat (10/9), presiden China dan Amerika Serikat berjanji untuk mengadakan dialog yang lebih jujur dan konstruktif demi menghindari kesalahpahaman, salah tafsir, dan konflik tak terduga.
"Presiden Xi Jinping berpendapat bahwa kebijakan China yang diadopsi oleh AS telah berdampak buruk pada hubungan China-AS,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
“Ini bukan untuk kepentingan fundamental kedua bangsa, tetapi juga kepentingan bersama semua negara di dunia,” kata Xi.
Diskusi tersebut adalah yang kedua antara kedua pemimpin sejak Joe Biden dilantik sebagai presiden AS pada Januari.
“Kedua pemimpin melakukan diskusi strategis membahas bidang-bidang dengan kepentingan bersama dengan nilai dan perspektif mereka yang berbeda," kata pernyataan Gedung Putih.
“Mereka pun sepakat untuk terlibat dalam penyelesaian masalah secara terbuka dan lugas," kata pernyataan itu.
Menurut Gedung Putih, diskusi itu adalah "upaya berkelanjutan AS untuk menekan persaingan antara Washington dan Beijing".
Hubungan bilateral China-AS pengaruhi dunia
Xi mengatakan hubungan bilateral China-AS akan berdampak pada “masa depan dan nasib dunia".
“Kerja sama China-AS akan menguntungkan kedua negara dan dunia, tetapi konfrontasi China-AS akan membawa bencana bagi kedua negara dan dunia,” dia memperingatkan.
Sementara itu, Biden menekankan minat AS dalam perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik dan dunia. Xi pun mendesak kedua pihak untuk saling menghormati masalah masing-masing dan menyikapi perbedaan pandangan dengan tepat.
Mengenai masalah Taiwan, Biden menjelaskan bahwa AS tidak pernah bermaksud mengubah kebijakan satu-China. “Kami tidak tertarik untuk membiarkan persaingan berubah menjadi konflik,” ujar dia.