REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Korea Utara (Korut) melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh selama akhir pekan, di tengah kebuntuan denuklirisasi yang berlarut-larut dengan Amerika Serikat (AS).
Media pemerintah Korut KCNA pada Senin (13/9) melaporkan, sejumlah rudal melesat sejauh 1.500 km sebelum mengenai target, dan jatuh ke perairan teritorial Korut dalam tes yang diadakan pada Sabtu dan Ahad.
"Pengembangan rudal memberikan signifikansi strategis untuk memiliki sarana pencegahan lain yang efektif, untuk menjamin keamanan negara kita dan secara kuat menahan manuver militer pasukan musuh,” kata KCNA.
Sebelumnya, Korut menembakkan satu rudal di wilayah lepas pantai pada Maret lalu. Ini merupakan uji coba senjata pertama sejak Joe Biden menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, Korut telah menembakkan dua rudal elajah di lepas pantai baratnya pada Ahad (21/3). Militer Korsel menambahkan bahwa mereka telah memantau pengujian secara real time.
"Yang mereka tembak adalah rudal jelajah, bukan rudal balistik, dan mereka terdeteksi oleh aset kami," kata sumber di Kementerian Pertahanan seperti dikutip oleh kantor berita Yonhap.
Uji coba rudal ini adalah yang pertama sejak Juli tahun lalu. Dua pejabat Amerika Serikat yang tidak ingin disebutkan namanya mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa Korut telah menembakkan dua rudal jarak pendek.
Namun pejabat itu enggan menjelaskan lebih lanjut. Seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda, mengatakan, jika tes tersebut melibatkan rudal jelajah, kemungkinan itu adalah KN-19 atau juga dikenal sebagai Kumsong-3.
"Uji coba rudal jelajah Korut bukanlah pelanggaran terhadap UNSCR 1718, tetapi kita mungkin harus lebih peduli daripada yang kita lakukan tentang kemajuan stabil mereka di bidang ini, terutama dengan pembicaraan Kongres Partai Kim Jong-un tentang rudal jelajah jarak menengah baru," tulis Panda di Twitter.
Korut melakukan serangkaian uji coba rudal pada paruh pertama tahun lalu. Situs web NK News melaporkan, para analis meyakini jenis rudal yang ditembakkan pada Maret lalu sama dengan rudal yang diluncurkan pada April dan Juli 2020.
Bulan lalu, sebuah laporan dari pemantau independen PBB mengatakan, Korut mengembangkan program rudal nuklir dan balistiknya sepanjang 2020. Hal ini telah melanggar sanksi internasional. Dalam parade militer tahun lalu, Korut menampilkan sistem rudal balistik jarak pendek, jarak menengah, kapal selam, dan rudal antarbenua yang baru. Rizky Jaramaya/ Reuters