REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pemerintah Yaman pada Selasa (14/9) menuduh pemberontak Houthi menyiksa empat wartawan serta menempatkan mereka di sel isolasi.
Menteri Penerangan Moammar al-Eryani mengatakan keempat wartawan itu ditahan di fasilitas penahanan ilegal dan tidak diperbolehkan dikunjungi, menurut kantor berita resmi Saba. Pada 11 April 2020, pemberontak menjatuhkan hukuman mati terhadap empat jurnalis atas tuduhan bekerja sama dengan koalisi pimpinan Saudi, sebuah tuduhan yang dibantah oleh para jurnalis.
Menurut menteri tersebut, para jurnalis mengalami penyiksaan dan perlakuan kasar dan kondisi kesehatan mereka memburuk dalam penahanan. Menteri Yaman mengimbau masyarakat internasional, PBB dan organisasi hak asasi manusia untuk mengerahkan semua kemungkinan tekanan pada Houthi untuk membebaskan mereka.
Tidak ada komentar dari kelompok Houthi atas tuduhan menteri tersebut.
Yaman dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran menguasai sebagian besar negara itu, termasuk ibu kota, Sanaa. Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan kampanye udara yang menghancurkan yang bertujuan untuk mengembalikan keuntungan teritorial Houthi.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, konflik tersebut telah merenggut lebih dari 233.000 nyawa.