REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekitar satu dari tujuh orang Amerika Serikat telah mengakhiri pertemanannya dalam setahun terakhir akibat perbedaan pandangan tentang vaksin Covid-19. Fakta ini terungkap dari sebuah survei terbaru OnePoll terhadap 1.000 orang yang dilakukan pada 2 September.
Survei tersebut meneliti alasan orang-orang mengakhiri pertemanan selama pandemi Covid-19. Secara keseluruhan, sekitar 16 persen orang telah memutuskan tiga pertemanan sejak Maret 2020.
Di antara mereka yang mengakhiri persahabatan, 66 persen divaksinasi dan 17 persen lainnya mengaku tidak berencana untuk menerima suntikan. Sekitar 14 persen (satu dari tujuh) orang yang divaksinasi mengatakan, mereka menjauhi teman yang menolak untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
"Sebagian besar orang yang divaksinasi (97 persen) menganggap mantan teman mereka sebagai "antivaksin total" dan mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah bisa membuat temannya memahami pentingnya vaksin," tulis OnePoll tentang hasil survei, dilansir WebMD pada Kamis (16/9).
OnePoll mendapati banyak orang yang tidak divaksinasi mengatakan bahwa itu adalah pilihan pribadi. Alasannya, mereka khawatir tentang potensi efek samping vaksin.
"Yang lain mengatakan bahwa mereka sehat dan tidak membutuhkan vaksin, sementara beberapa menyatakan ketidakpercayaan," tulis OnePoll.
Survei menemukan alasan lain mengapa persahabatan putus, terlepas apakah orang divaksinasi atau tidak. Sekitar 16 persen memutuskan pertemanan karena pandangan politik yang berbeda.
Survei juga melihat perbedaan politik di antara responden survei dan pandangan mereka tentang vaksin Covid-19. Sekitar 81 persen dari pendukung partai Demokrat sepenuhnya divaksinasi, serta 64 persen dari Partai Republik, 69 persen dari independen, dan 41 persen dari pendukung pihak ketiga.