REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Afghanistan membutuhkan dukungan mendesak dan berkelanjutan dari komunitas internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar.
"Situasi kemanusiaan di Afghanistan masih menyedihkan," kata Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi dalam sebuah pernyataan setelah kunjungan tiga hari ke negara Asia Selatan itu.
"Jika layanan publik dan ekonomi runtuh, kita akan melihat penderitaan yang lebih besar, ketidakstabilan, dan perpindahan baik di dalam maupun di luar negeri," ujar dia dalam pernyataan pada Rabu (15/9).
Karena itu, Grandi menyeru masyarakat internasional untuk terlibat dengan Afghanistan dan dengan cepat mencegah krisis kemanusiaan yang jauh lebih besar, yang tidak hanya memiliki implikasi regional tetapi juga global. Bahkan sebelum Taliban mengambil alih Afghanistan bulan lalu, kata Grandi, lebih dari 18 juta warga Afghanistan atau sekitar setengah dari populasinya, membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Lebih dari 3,5 juta warga Afghanistan sudah mengungsi di negara yang sedang berjuang melawan kekeringan dan pandemi Covid-19. Kemiskinan dan kelaparan telah meningkat sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada konferensi bantuan internasional pekan ini bahwa warga Afghanistan menghadapi "mungkin saat yang paling berbahaya". Para donor pada konferensi tersebut menjanjikan lebih dari 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp 15,7 triliun) untuk membantu Afghanistan.