REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- UNICEF menyatakan sedikitnya satu juta anak Nigeria bisa tidak masuk sekolah tahun ini saat semester baru dimulai, Rabu (15/9). Kondisi ini akibat meningkatnya penculikan sekolah massal dan ketidakamanan.
"Pelajar terputus dari pendidikan mereka karena keluarga dan masyarakat tetap takut mengirim anak-anak kembali ke ruang kelas karena serentetan serangan sekolah dan penculikan siswa di Nigeria," kata Perwakilan UNICEF di Nigeria, Peter Hawkins.
UNICEF menyatakan lebih dari 37 juta anak Nigeria akan memulai tahun ajaran baru bulan ini. Diperkirakan delapan juta harus menunggu lebih dari satu tahun untuk pembelajaran langsung setelah sekolah ditutup karena penguncian Covid-19.
Ketidakamanan juga menyebabkan penutupan sekolah di Nigeria. Beberapa negara bagian barat laut telah mencoba untuk mengekang serentetan penculikan dengan melarang penjualan bahan bakar dalam jerigen dan pengangkutan kayu bakar di truk untuk mengganggu geng yang bepergian dengan sepeda motor dan berkemah di tempat-tempat terpencil.
Sekolah telah menjadi sasaran penculikan massal di Nigeria utara oleh kelompok bersenjata. Penculikan semacam itu di Nigeria pertama kali dilakukan oleh kelompok Boko Haram kemudian cabangnya ISIS Afrika Barat, tetapi taktik itu kini telah diadopsi oleh geng-geng kriminal.
Badan PBB ini melaporkan terdapat 20 serangan di sekolah-sekolah di Nigeria tahun ini, dengan lebih dari 1.400 anak diculik dan 16 orang tewas. Lebih dari 200 anak masih hilang.
Di Abuja, ibu kota Nigeria, awal masa sekolah diundur ke tanggal yang sangat terlambat tanpa penjelasan. Keputusan ini diambil setelah sekolah-sekolah di negara bagian terdekat menjadi sasaran para penculik yang meminta uang tebusan.