REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - ASEAN telah resmi menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk Myanmar yang berupa alat kesehatan dan obat-obatan senilai lebih dari USD 1,1 juta atau Rp 15,7 miliar, pada Rabu.
Berdasarkan keterangan KBRI Yangon, Kamis, bantuan tersebut merupakan implementasi konsensus lima poin yang disepakati para pemimpin ASEAN atas krisis di Myanmar pada April lalu, dan akan ditujukan untuk penanganan pandemi Covid-19.
Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi berterima kasih kepada Indonesia dan penyumbang pertama lainnya yakni Turki, Filipina, Thailand, dan Yayasan Temasek milik pemerintah Singapura. Indonesia menyumbangkan masker KN95, alat pelindung diri (APD), serta sarung tangan medis dengan total senilai USD 200.000 atau sekitar Rp 2,85 miliar.
ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) selaku koordinator akan bekerja sama dengan Myanmar Red Cross Society (MRCS) dalam mendistribusikan bantuan kepada pihak paling terdampak di Myanmar.
KBRI Yangon ditunjuk sebagai salah satu anggota ASEAN Monitoring Team (AMT) dan bertugas mengawasi hingga mengevaluasi proses penyaluran bantuan tersebut. Pemberian bantuan ini terbagi ke dalam dua fase yakni bantuan untuk menyelamatkan hidup (life saving) dan bantuan menopang hidup (life sustaining).
Fase pertama 'live saving' terdiri dari bantuan terkait penanganan Covid-19 yang sangat dibutuhkan saat ini, kemudian fase kedua berupa bantuan yang lebih luas lagi. “Pada tahap I selama Agustus-Desember 2021, bantuan dari berbagai negara yang difokuskan untuk penanganan pandemi Covid-19 diharapkan masih akan terus berdatangan,” demikian dikutip dari keterangan KBRI Yangon, Kamis.
Myanmar diguncang kudeta sejak 1 Februari di mana militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.
Kelompok pemantau sipil melaporkan sebanyak 1.093 orang tewas sejak militer melakukan kudeta dan 6.533 orang masih ditahan hingga 15 September.