Sabtu 18 Sep 2021 03:22 WIB

Ada Taman Kecil di Atas Taksi Thailand

Pengemudi memanfaatkan atap taksi yang menganggur jadi tempat menanam sayuran

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Anggota staf perusahaan taksi Thailand memercikkan air untuk menanam sayuran di mobil taksi bekas yang tidak terpakai yang diparkir di Koperasi Taksi Ratchaphruek di Bangkok, Thailand, 14 September 2021.
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Anggota staf perusahaan taksi Thailand memercikkan air untuk menanam sayuran di mobil taksi bekas yang tidak terpakai yang diparkir di Koperasi Taksi Ratchaphruek di Bangkok, Thailand, 14 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Armada taksi di Thailand memberi arti baru pada istilah taman atap. Pengemudi memanfaatkan atap taksi yang menganggur akibat krisis virus corona untuk dijadikan sepetak tempat menanam sayuran.

Pekerja dari dua koperasi taksi merakit taman mini menggunakan kantong sampah plastik hitam yang dibentangkan di bingkai bambu pada pekan ini. Di bagian atas mobil, mereka menambahkan tanah untuk menanam berbagai tanaman termasuk tomat, mentimun, dan kacang panjang.

Baca Juga

Hasil dari upaya itu lebih terlihat seperti instalasi seni yang menarik perhatian daripada kebun mini. Namun, pada intinya, upaya ini menarik perhatian pada nasib pengemudi taksi dan operator yang sangat terpukul oleh tindakan karantina wilayah virus corona.

Koperasi Taksi Ratchapruk dan Bovorn sekarang hanya memiliki 500 mobil yang tersisa di jalan-jalan Bangkok. Menurut eksekutif Thapakorn Assawalertkul, sebanyak 2.500 mobil menganggur di sejumlah lokasi.

Dengan jalanan ibu kota yang sangat sepi sampai saat ini, ada terlalu banyak persaingan untuk tarif sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan pengemudi. Banyak pengemudi yang tidak mampu membayar pembayaran harian untuk sewa kendaraan, bahkan setelah biaya dibagi dua menjadi 300 baht.

Beberapa pengemudi menyerahkan mobil dan kembali ke rumah di daerah perdesaan ketika pandemi pertama kali melanda tahun lalu. Lebih banyak lagi yang menyerah dan mengembalikan mobil selama gelombang kedua. "Beberapa meninggalkan mobil mereka di tempat-tempat seperti pompa bensin dan memanggil kami untuk mengambil mobil," ujar Thapakorn.

Thapakorn mengatakan dengan gelombang baru virus corona tahun ini, koperasi benar-benar tersingkir. Ribuan mobil diserahkan kembali oleh pengemudi.

Situasi ini telah membuat perusahaan taksi dalam bahaya keuangan. Perusahaan berjuang untuk membayar kembali pinjaman untuk pembelian armada. Koperasi Ratchapruk dan Bovorn berutang sekitar dua miliar baht. Pemerintah sejauh ini belum menawarkan dukungan keuangan langsung.

"Jika kami tidak segera mendapat bantuan, kami akan berada dalam masalah besar," kata Thapakorn.

Kebun di atas taksi tidak menawarkan aliran pendapatan alternatif. Para pegawai koperasi yang tadinya dimintai pemotongan gaji, kini bergiliran merawat kebun-kebun yang baru dibangun itu.

"Kebun sayur adalah tindakan protes dan cara untuk memberi makan staf saya selama masa sulit ini. Thailand melewati menara politik selama bertahun-tahun, dan banjir besar pada 2011, tetapi bisnis tidak pernah seburuk ini," kata Thapakorn.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement