REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban telah meminta komunitas internasional termasuk lembaga donor, untuk membantu pengungsi Afghanistan menjelang musim dingin. Ribuan penduduk desa di Afghanistan melarikan diri ke ibu kota Kabul untuk mendapatkan perlindungan.
Menteri Pengungsi Taliban, Khalil-ur-Rahman Haqqani, mengatakan, diperkirakan 20 ribu orang yang berasal dari lembah Panjshir berada di Kabul. Dia meminta kepada seluruh pengungsi untuk kembali ke rumah, karena situasi telah aman dan damai. “Prioritasnya adalah Kabul karena merupakan kota terpadat dan menampung jumlah pengungsi tertinggi," ujar Haqqani, dilansir Aljazirah, Senin (20/9).
Haqqani menambahkan, para pengungsi akan diberikan bantuan ketika kembali ke rumah mereka. Selain itu, pemerintahan Taliban akan membantu membangun kembali rumah mereka yang mengalami kerusakan.
Haqqani mengatakan, pemerintahan Taliban akan membuat lokasi khusus di kota tertentu di setiap provinsi untuk menampung pengungsi. Kota-kota khusus ini dirancang untuk memiliki fasilitas serta pekerjaan di bidang pembangunan, jasa, konstruksi dan pertanian bagi masyarakat setempat.
“Alasannya adalah untuk memastikan ada solusi satu jendela bagi mereka yang ingin membantu, memusatkan kebutuhan dari seluruh negeri, mengurangi pemborosan, menghilangkan korupsi, dan memastikan semua bantuan menjangkau mereka yang paling layak mendapatkannya,” ujar Haqqani.
Haqqani mengaku memang ada masalah cash flow. Tapi dia memastikan masalah tersebut dapat diatasi.“Yang paling penting adalah perdamaian di Afghanistan tidak menjamin adanya pengungsi atau orang terlantar,” kata Haqqani.
Sebelumnya, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi meminta negara-negara untuk terlibat dengan Taliban atau mengambil risiko krisis kemanusiaan. Grandi mengatakan, masyarakat internasional seharusnya tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga menerima pengungsi Afghanistan.
Sebelum Taliban berkuasa, sepertiga dari produk domestik bruto (PDB) Afghanistan diambil dari pendanaan asing. Sejak Taliban mengambil alih Kabul, AS dan negara-negara lain, termasuk sekutu NATO, mengevakuasi ribuan warga dan warga negara Afghanistan yang memenuhi syarat. Hingga saat ini belum ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.