REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sekelompok biksu dan sukarelawan Thailand yang mengenakan pakaian pelindung dengan hati-hati menavigasi jalan bergelombang di pinggiran kota Bangkok dengan kereta golf. Kendaraan kecil itu menarik sebuah trailer yang penuh dengan sayuran segar.
"Belanja ada di sini! Bahan makanan ada di sini!" seorang biksu mengumumkan melalui pengeras suara.
Misi mereka adalah untuk menyumbangkan makanan dan kebutuhan kepada orang-orang yang rentan terkena dampak pandemi. Biksu Pornchai Kabmalee mengemukakan gagasan itu beberapa bulan lalu ketika melihat kesulitan di sebuah komunitas di dekat kuilnya, Wat Siriphong Thamma Nimit.
"Saya dapat mengatakan gerobak kami pada dasarnya memiliki semua yang dimiliki supermarket. Saya merasa takut (dengan virus) sama seperti manusia lainnya. Namun bagi saya, saya lebih takut tidak bisa membantu orang lain," kata biksu berusia 28 tahun ini.
Pornchai menyatakan gerobak itu keluar pada akhir pekan, melakukan beberapa perjalanan dan mencapai ratusan, berpotensi ribuan orang setiap bulan. Saat gerobak datang, warga mulai berkumpul. Masing-masing diperbolehkan mengambil lima bungkus hasil bumi seperti tomat, labu kuning, bawang putih dan cabai, serta barang-barang lainnya seperti sabun, beras, dan telur.
Harga produksi setidaknya 50 ribu baht per pekan, yang menurut para biksu awalnya berasal dari kantong mereka sendiri. Namun seiring dengan menyebarnya informasi dari mulut ke mulut, semakin banyak donasi yang datang.
Pornchai tidak yakin berapa lama lagi kuil akan menyediakan layanan, tetapi menantikan hari ketika itu tidak lagi diperlukan. "Ketika orang bisa tersenyum lagi, saat itulah saya akan tahu bahwa misi telah tercapai," katanya.
"Makanan ini akan membuat saya merasa kurang lapar selama beberapa hari. Saya telah menganggur selama satu tahun dan saya belum melihat masa depan saya," kata Montri Boontheab yang mengemudikan bus untuk pengunjung China sebelum virus corona mengerem pariwisata.
Thailand telah mencatat lebih dari 1,5 juta infeksi Covid-19 dan 15.600 kematian, 99 persen di antaranya sejak April. Kondisi yang tidak stabil memberikan tekanan besar pada ekonominya.