REPUBLIKA.CO.ID, GAZA –- Kelompok Hamas mengatakan telah menyiapkan “peta jalan” untuk melakukan pertukaran tahanan dengan otoritas Israel. Hamas menyebut, kini keputusan ada di pihak Tel Aviv.
Anggota Biro Politik Hamas Zaher Jabareen mengungkapkan, jajaran pemimpin Hamas memberi perhatian khusus pada berkas para tahanan, terutama mereka yang menjalani hukuman panjang. Dia mencatat Israel telah berusaha menghubungkan rekonstruksi Gaza dengan tentara Israel yang ditahan di wilayah tersebut.
"Hamas dan pemimpin perlawanan menolak hubungan semacam itu. Gerakan itu telah mengatakan kepada semua mediator bahwa tidak mungkin menghubungkan kedua masalah itu. Selain itu, niat otoritas pendudukan Israel tidak jelas,” kata Jabareen, dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (21/9).
Dia mengisyaratkan, Israel kerap tak menunjukkan komitmen untuk mendapatkan kembali tentara-tentaranya yang ditahan di Gaza. “Ia (Israel) menginginkan informasi tentang tentaranya tapi tidak siap membayar harga apa pun untuk hal tersebut,” ujarnya.
Menurut sumber Mesir yang dikutip Arab48.com, masalah pertukaran tahanan disorot selama pertemuan baru-baru ini antara Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi. Mereka melaporkan Israel mengatakan bahwa tahanan tidak akan dibebaskan jika mereka memiliki "darah di tangan mereka".
Terkait hal itu Hamas menjawab, "Dua tentara Israel ditangkap selama serangan militer terhadap Gaza dan mereka telah membunuh warga Palestina. Bisakah kita bersikeras untuk tidak membebaskan mereka?".