REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia mengaku khawatir atas meningkatnya tensi di antara negara-negara besar, menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuan dengan lembaga non-profit Asia Society secara virtual.
Terkait hal tersebut, Retno menyinggung soal pakta pertahanan trilateral Amerika Serikat, Australia, dan Inggris (AUKUS), di mana salah satu isinya yakni pengadaan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.
“Saya sampaikan kita menerima penjelasan Australia, kita mendengarkan komitmen-komitmen yang diberikan Australia termasuk untuk terus menghormati NPT, prinsip-prinsip nonproliferasi dan hukum internasional,” ungkap Menteri Retno dalam pernyataannya, Rabu.
Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT) adalah perjanjian yang bertujuan membatasi kepemilikan senjata nuklir dengan tiga pilar utama terdiri dari pelucutan senjata nuklir, nonproliferasi (larangan penyebarluasan senjata), serta penggunaan bahan nuklir untuk tujuan damai.
Retno menekankan Indonesia tidak ingin ada potensi meningkatnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuasaan yang akan mengancam stabilitas keamanan kawasan. Indonesia sebelumnya telah mengingatkan Australia untuk terus memenuhi kewajibannya sebagai negara penandatangan NPT.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengaku sangat prihatin atas perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan yang terus berlanjut.
Topik lain yang dibahas Retno dalam pertemuan tersebut yakni mengenai perkembangan di Afghanistan. Indonesia, kata Retno, merupakan salah satu pendukung proses perdamaian di Afghanistan dan fokus pada dua isu utama yaitu kerja sama ulama dan upaya memajukan perempuan.
“Saya tekankan, kepentingan Indonesia hanya satu, yaitu ingin melihat rakyat Afghanistan menikmati perdamaian, sejahtera, dan hak-haknya, tentunya termasuk hak-hak perempuan,” kata Menlu Retno.
Indonesia diharapkan terus berkontribusi demi perdamaian Afghanistan
Retno mengikuti pertemuan dengan Asia Society di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-76 yang digelar di New York, AS. Retno juga bertemu dengan sejumlah menlu negara lain dan membicarakan isu terkait pandemi Covid-19 hingga situasi Afghanistan.
Di samping itu, Retno berkomunikasi dengan Kepala Dewan Tinggi bagi Rekonsiliasi Nasional sekaligus mantan CEO pemerintahan Afghanistan sebelumnya, Abdullah Abdullah, melalui telepon.
Retno mengungkapkan mereka saling bertukar pikiran mengenai situasi Afghanistan yang kini dikendalikan Taliban.
“Dari beliau, saya mendengarkan harapan agar Indonesia dapat terus berupaya berkontribusi agar Afghanistan dapat damai, stabil, dan sejahtera,” ujar Retno.