REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Washington pada Kamis (23/9). Pertemuan itu menekankan pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
"Amerika Serikat, seperti India, sangat merasakan kebanggaan menjadi anggota Indo Pasifik, hubungan itu termasuk mempertahankan Indo Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Harris kepada Modi selama pertemuan.
Pertemuan antara Harris dan Modi menjadi lebih penting karena pemerintahan Joe Biden mengambil langkah-langkah untuk memperdalam hubungannya dengan salah satu sekutu terpentingnya di Asia. Pertemuan itu juga merupakan momen perayaan bagi 4 juta diaspora India yang kuat di AS dan orang India yang bangga dengan 'akar India' dimiliki Harris.
Modi memuji wakil presiden yang menyebutnya sebagai inspirasi. Dia menilai sosok wakil presiden itu seorang pemimpin yang seperti keluarga dan memanggilnya teman sejati yang telah mendukung India selama krisis Covid-19. "Demokrasi tertua dan demokrasi terbesar ... kami memang mitra alami, kami memiliki nilai yang sama," kata Modi.
Dalam pertemuan tersebut, Harris juga menyambut baik keputusan India untuk melanjutkan ekspor vaksin Covid-19. Kedua negara dinilai harus bekerja sama untuk melindungi demokrasi di seluruh dunia.
Negara pembuat vaksin Covid-19 terbesar di dunia itu baru-baru ini mengumumkan akan melanjutkan ekspor vaksin akhir tahun ini. India menghentikan ekspor pada April untuk fokus memvaksinasi populasinya sendiri ketika kasus infeksi meledak.
Harris dan Modi diharapkan untuk membahas pandemi Covid-19, kerja sama yang lebih besar di bidang teknologi, ruang angkasa, dan sektor lainnya, serta masalah rantai pasokan. Perjalanan tiga hari Modi ke Washington akan ditutup dengan pertemuan dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih pada Jumat (24/9).
Biden dan Modi juga akan mengadakan pertemuan puncak "Quad" dengan para pemimpin Australia dan Jepang. Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik di tengah meningkatnya dominasi Cina di wilayah tersebut. Dwina Agustin/reuters