REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Laporan tentang perpecahan di antara para pemimpin Taliban kembali mencuat. Sumber diplomatik dan politik mengatakan perselisihan di antara para pemimpin Taliban sangat nyata. Jika tidak diatasi ketidakharmonisan itu akan menimbulkan masalah lebih lanjut bagi rakyat Afghanistan.
Seperti dikutip dari Aljazirah, penulis dan reporter yang telah menghabiskan beberapa tahun meliput Taliban mengatakan, perpecahan adalah hasil dari perpecahan politik-militer. Sumber politik yang telah memiliki hubungan selama puluhan tahun dengan petinggi Taliban setuju dengan penilaian tersebut. Dia mengatakan, efek dari keretakan itu meluas dari aula kekuasaan ke jalan-jalan.
Para milisi Taliban telah melalui kota-kota besar dan dengan paksa mengambil barang-barang mantan pejabat dan keluarga pemerintahan Afghanistan terdahulu. "Saat ini, yang mereka pedulikan hanyalah mengambil mobil dan rumah," katanya.
Keluarga mantan pejabat mengatakan anggota Taliban telah mencoba untuk merebut barang-barang mereka, termasuk rumah yang disewa dan mobil pribadi.
Padahal Menteri Informasi dan Budaya, Zabihullah Mujahid, mengatakan dua hari setelah Taliban mengambil alih negara itu bahwa mereka tidak akan melakukan itu "Kami telah menginstruksikan semua orang untuk tidak memasuki rumah siapa pun, apakah mereka warga sipil atau militer," ujarnya.
Mujahid menegaskan ada perbedaan besar antara Taliban dan pemerintah sebelumnya. Namun, bagi mereka yang mengetahui situasi tersebut, kepemimpinan Taliban saat ini menghadapi banyak masalah yang sama dengan faksi-faksi seperti pemerintahan mantan Presiden Ashraf Ghani.
Sumber terdekat menyatakan, seperti halnya pemerintah Afghanistan lainnya, perpecahan di antara Taliban jatuh di sepanjang garis. Namun, tidak seperti pemerintahan terdahulu, Taliban tidak hanya menderita karena anggota yang terlalu ambisius atau pandangan politik yang berlawanan, perpecahannya jauh lebih mendasar.
Baca juga : WHO: Keterlibatan Taliban Diperlukan demi Rakyat Afghanistan
Saat ini, Taliban, kata sumber tersebut, terdiri dari milisi yang masih menunggu rampasan perang versus politisi yang ingin meredakan ketakutan rakyat Afghanistan dan masyarakat internasional.
Sebelumnya, keraguan publik tentang persatuan kelompok itu meningkat awal bulan ini. Perdana Menteri Mullah Abdul Ghani Baradar telah menghilang dari pandangan publik. Datang laporan bahwa Baradar telah dibunuh. Namun, dia muncul kembali dengan memberikan pernyataan yang sudah direkam sebelumnya.
Dia terlihat membaca dari semacam pernyataan dengan mengatakan ketidakhadirannya dari mata publik adalah hasil dari perjalanan dan bahwa Taliban memiliki belas kasih, lebih dari sebuah keluarga. Dalam upaya terakhir untuk meredakan kecurigaan tentang kematian atau cedera, Baradar difoto menghadiri pertemuan dengan pejabat PBB.