REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Komisi Politik Taliban Anas Haqqani menyatakan, Amerika Serikat (AS) tidak akan bisa memaksa Taliban untuk meniru dan mengadopsi budaya Barat di Afghanistan dengan menekannya melalui pembekuan dana. Setelah Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, AS membekukan hampir 10 miliar dolar AS emas Afghanistan, investasi, dan cadangan mata uang asing.
"Pembekuan dana itu hak rakyat. Tidak ada hubungannya dengan pemerintahan dan politik. Itu hak bangsa. Dengan pembekuan dana mereka tidak bisa membuat kita menyalin dan membawa budaya mereka ke sini, itu bertentangan dengan sejarah, kepercayaan, dan tradisi kami," kata Haqqani dalam wawancara dengan CNN.
Washington berencana menggunakan dana yang dibekukan itu sebagai sarana untuk menekan Taliban agar menghormati hak-hak perempuan dan mengatur publik dengan cara yang sah. Namun, Taliban telah menolak campur tangan dari komunitas internasional tentang cara memerintah Afghanistan.
"Kami tidak akan menyerah pada hak-hak rakyat kami ... Ini bukan hak [Presiden AS Joe] Biden atau hak pemerintah AS bagi mereka untuk membekukan [dana]," kata Haqqani.
"Jika dunia berpikir mereka dapat memberikan banyak tekanan pada kita melalui masalah ini [tekanan ekonomi]… itu adalah pemikiran yang sangat salah. Rezeki tidak ada di tangan Biden, Eropa, Rusia atau Cina. Kami tidak panik dengan kesulitan ini," ujar anggota Taliban tersebut.
Ekonomi Afghanistan berada di bawah tekanan besar. Harga makanan dan bahan bakar naik tajam di tengah kekurangan uang tunai, dipicu oleh penghentian bantuan asing dan kekeringan.