REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dijadwalkan melakukan pertemuan dengan menteri luar negeri (menlu) Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) pada Ahad (26/9). Mereka bertemu di sela-sela sesi Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS).
Pertemuan dengan menlu Bahrain dan UEA bakal menjadi yang perdana bagi Bennett sejak dia menjabat sebagai perdana menteri Israel pada Juni lalu. Itu juga akan menjadi pertemuan pertamanya dengan para pemimpin Teluk.
Pekan lalu, UEA merayakan peringatan satu tahun normalisasi diplomatiknya dengan Israel. Kedutaan Besar UEA di Tel Aviv memasang spanduk bertuliskan “Perdamaian adalah Masa Depan Anak-Anak Kita” berbahasa Arab, Inggris, dan Ibrani di jalanan kota tersebut serta Yerusalem Barat.
“Kedutaan Besar UEA di Israel meluncurkan kampanye di Tel Aviv dan Yerusalem untuk menandai ulang tahun pertama Abraham Accords,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel lewat akun Twitter resminya pada 15 September lalu, dikutip Middle East Monitor.
Cicitan Kemlu Israel direspons Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid. “Untuk masa depan. Untuk anak-anak kita,” tulis Lapid.
UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 15 September 2020. Kesepakatan itu tercapai berkat mediasi dan dukungan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Kesepakatan tersebut dikenal dengan nama Abraham Accords.
Selain UEA dan Bahrain, AS pun membantu Israel melakukan normalisasi diplomatik dengan Sudan serta Maroko. Palestina mengecam kesepakatan damai tersebut. Menurut Palestina, apa yang dilakukan negara-negara Muslim terkait merupakan “tikaman” bagi perjuangannya memperoleh kemerdekaan.