REPUBLIKA.CO.ID, REYKJAVIK -- Islandia diprediksi memilih anggota parlemen atau Althing dengan mayoritas perempuan. Momen itu menjadi tonggak untuk kesetaraan gender di negara kepulauan Atlantik Utara tersebut.
Setelah semua suara dihitung pada Ahad (26/9), kandidat perempuan memegang 33 kursi di parlemen Islandia yang memiliki 63 kursi. Sebanyak tiga partai dalam pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Katrin Jakobsdottir memenangkan total 37 kursi dalam pemilihan Sabtu (25/9), dua kali lebih banyak dari pada pemilihan terakhir.
Kursi mayoritas itu menjadi tonggak sejarah bagi perempuan meskipun hasil yang buruk bagi partai-partai kiri yang biasanya menang dengan jumlah tersebut. Profesor politik Silja Bara Omarsdottir mengatakan, kuota gender yang diterapkan oleh partai-partai berhaluan kiri selama dekade terakhir telah berhasil menciptakan norma baru di seluruh spektrum politik Islandia.
“Tidak dapat diterima lagi untuk mengabaikan kesetaraan gender ketika memilih kandidat,” kata Omarsdottir.
Anggota parlemen yang masuk adalah anggota parlemen tertua dan termuda yang pernah duduk di Islandia yaitu pemilik bersama burger berusia 72 tahun Tomas Tomasson dan mahasiswa hukum berusia 21 tahun bernama Lenya Run Karim. Karim merupakan putri imigran Kurdi yang berasal dari partai bajak laut anti kemapanan.
"Saya ingin meningkatkan perlakuan Islandia terhadap pengungsi dan pencari suaka. Gagasan kami perlu didengar lebih banyak," ujar Karim bersumpah untuk berbicara untuk kaum muda di parlemen.
Jajak pendapat telah menunjukkan kemenangan bagi partai-partai berhaluan kiri dalam pemilihan yang tidak terduga, yang melihat 10 partai bersaing untuk mendapatkan kursi. Namun Partai Kemerdekaan yang berhaluan tengah-kanan mengambil bagian suara terbesar, memenangkan 16 kursi, tujuh di antaranya dipegang oleh perempuan. Partai Progresif sentris merayakan perolehan terbesar, memenangkan 13 kursi, lima lebih banyak dari sebelumnya.
Sebelum pemilihan, kedua partai membentuk pemerintahan koalisi tiga partai Islandia, bersama dengan Partai Hijau Kiri milik Jakobsdottir. Partainya kehilangan beberapa kursi, tetapi mempertahankan delapan kursi, melampaui prediksi jajak pendapat.
Sedangkan, tiga partai yang berkuasa belum mengumumkan mereka akan bekerja sama untuk masa jabatan berikutnya. Namun, mengingat dukungan kuat dari para pemilih, tampaknya hal itu mungkin terjadi. Diperlukan waktu berhari-hari, jika bukan berminggu-minggu, untuk membentuk dan mengumumkan pemerintahan baru.