REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seiring dengan terus menyebarnya SARS-CoV-2, virus corona tipe baru penyebab Covid-19, ke seluruh dunia, para peneliti terus mengawasi varian R.1 di Amerika Serikat. Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS sejauh ini belum mengidentifikasi varian R.1 sebagai variant of concern ataupun variant of interest.
Sementara itu, dalam unggahan yang merinci wabah di panti jompo Kentucky pada bulan Maret, CDC mengatakan bahwa R.1 memang memiliki beberapa mutasi penting. Ada bukti bahwa varian yang satu ini membuat peningkatan penularan virus, penurunan netralisasi oleh serum pemulihan dan pasca-vaksinasi, dan berpotensi untuk mengurangi efektivitas antibodi penawar.
"Meskipun vaksinasi dikaitkan dengan penurunan kemungkinan infeksi dan penyakit simtomatik, 25,4 persen penduduk yang divaksinasi dan 7,1 persen (penyedia layanan kesehatan) yang divaksinasi terinfeksi, mendukung kekhawatiran tentang potensi penurunan kekebalan protektif terhadap R.1," kata CDC dalam laporannya, dikutip dari Fox News, Selasa (28/9).
Selain itu, empat kemungkinan infeksi ulang telah diidentifikasi, memberikan beberapa bukti kekebalan alami yang terbatas atau memudar terhadap varian ini. Saat merebaknya wabah di panti jompo Kentucky, 46 kasus Covid-19 diidentifikasi, yakni pada 26 penduduk (18 di antaranya sudah divaksinasi penuh) dan 20 petugas kesehatan (empat di antaranya sudah divaksinasi).
Tingkat serangan Covid-19 pada penduduk yang tidak divaksinasi tiga kali lebih tinggi daripada penduduk yang divaksinasi. Pada petugas kesehatan yang tidak divaksinasi, tingkat infeksinya adalah 4,1 kali lebih tinggi daripada petugas kesehatan yang divaksinasi.
Tiga penghuni panti jompo meninggal, termasuk dua yang tidak divaksinasi. Laporan Outbreak.Info menunjukkan bahwa Maryland sebagai negara bagian dengan prevalensi kumulatif R.1 terbesar.
Varian R.1 telah menyebar ke semua daerah, kecuali tiga negara bagian. Menurut proyek tersebut, lebih dari 2.200 kasus tercatat secara nasional.
Di Georgia, Departemen Kesehatan Masyarakat negara bagian melaporkan bahwa varian tersebut telah menginfeksi kurang dari 100 orang. Mantan profesor Harvard Medical School dan peneliti Covid-19 William Haseltine membahas tentang kekhawatiran atas varian tersebut dan potensinya untuk mengurangi kekebalan protektif dan mengalahkan antibodi vaksin.