REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bank Dunia memotong prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju di Asia Timur karena lonjakan kasus virus corona varian Delta. Pemberi pinjaman itu mendesak pemerintah membantu usaha kecil dan masyarakat miskin untuk mengurangi dampak pandemi.
Selain China, Bank Dunia memotong prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur yang dalam laporan April lalu sebesar 4,4 persen menjadi 2,5 persen. Lembaga yang bermarkas di Washington itu memprediksi ekonomi China akan tumbuh sebesar 8,5 persen.
Bank Dunia mengatakan kawasan 'mengalami penurunan kekayaan' setelah China, Vietnam, dan negara-negara lain berusaha mengatasi pandemi Covid-19 tahun lalu. Mereka menambahkan aktivitas bisnis di Vietnam, Thailand, Filipina, dan negara lain sempat membaik tapi kini 'menunjukkan tanda-tanda perlambatan'.
"Kawasan sangat terpukul oleh varian Delta Covid-19 sementara banyak perekonomian maju dalam jalur pemulihan ekonomi, Covid-19 mengurangi pertumbuhan dan meningkatkan ketimpangan kecuali dampak itu diatasi dan kesempatan diambil," kata Bank Dunia, Selasa (28/9).
Bank Dunia mengatakan kawasan harus meningkatkan produksi vaksin karena impor tidak dapat diandalkan dan permintaannya tinggi. Mereka juga mengatakan pemerintah harus menggelar tes, pelacakan, dan isolasi untuk menahan penyebaran virus dan memperkuat sistem kesehatan.
Lembaga finansial itu juga mengatakan demi mencegah kerusakan ekonomi jangka panjang, pemerintah harus membantu perusahaan-perusahaan lebih produktif, mendorong persaingan baru, mempromosikan pengembangan teknologi, dan mengurangi batasan perdagangan.
Bank Dunia menambahkan pemerintah juga harus meningkatkan proteksi sosial. Caranya dengan menyediakan masyarakat miskin akses pada bantuan yang dibutuhkan.