REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah mendesak AS, Inggris, dan Australia untuk memainkan peran konstruktif dalam perdamaian dan stabilitas regional setelah ketiganya meluncurkan kerja sama keamanan yang disebut AUKUS.
“Ketika AS, Inggris dan Australia memperkuat hubungan militer dan memperkuat konfrontasi, China mengajukan inisiatif pembangunan global dan secara resmi dijalankan dalam Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif (CPTPP),” ujar Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan dalam dialog strategis tingkat tinggi China-UE.
Beijing mengadakan dialog virtual dengan Josep Borrell, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan.
“Siapa yang menghasut konflik dan konfrontasi, dan membahayakan perdamaian dan stabilitas, siapa yang mempromosikan integrasi regional dan mempromosikan pembangunan damai, perbedaannya sangat jelas,” kata Wang kepada Borrel, merujuk pada AUKUS dan China yang mengajukan CPTPP.
Pada 15 September, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat mengungkapkan kerja sama pertahanan trilateral. Salah satu isinya, Australia akan dilengkapi dengan armada kapal selam bertenaga nuklir canggih.
Sejumlah negara menyampaikan keprihatinan atas kerja sama tersebut dan meminta Australia meninggalkan permainan kekuatan dan pengembangan senjata nuklir di wilayah Indo-Pasifik.
Aliansi ini juga membatalkan kesepakatan pertahanan antara Prancis dan Australia senilai 90 miliar dolar AS dengan Australia, yang memicu krisis diplomatik antara Paris, Canberra, dan Washington.
Menteri luar negeri China mengatakan AUKUS telah memicu "keprihatinan tingkat tinggi" di antara negara-negara Asia-Pasifik.
Baca juga : AS Ingin Pakai Pangkalan Militer Rusia di Afghanistan
“China percaya bahwa langkah ini akan membawa tiga bahaya tersembunyi bagi perdamaian dan stabilitas regional serta tatanan internasional: kebangkitan Perang Dingin; bahaya tersembunyi dari persaingan senjata dan proliferasi nuklir,” kata Wang.
Aliansi pertahanan ini juga menjadi bentuk lain setelah AS, Jepang, Australia, dan India meluncurkan Quad untuk melawan pengaruh ekonomi dan militer China yang meluas di kawasan Asia-Pasifik dengan fokus Laut China Selatan.
Keterlibatan UE-China
Dalam pernyataan terpisah, Uni Eropa mengatakan perlu terus terlibat dengan China di berbagai isu penting meskipun ada perbedaan pendapat. Kedua belah pihak membahas hubungan bilateral, masalah internasional dan regional termasuk Afghanistan, Myanmar, dan Indo-Pasifik melalui konferensi video.
Borrell dan Wang juga mengangkat isu-isu global seperti perubahan iklim dan perjuangan melawan pandemi. Menekankan perlunya melanjutkan Dialog Hak Asasi Manusia Uni Eropa-China, Borell berharap pertemuan berikutnya dapat berlangsung sebelum akhir tahun.
Situasi di provinsi Xinjiang dan Hong Kong juga dibahas dan Borrell menekankan Uni Eropa akan terus menerapkan kebijakan "Satu China" mengenai Taiwan. Borrell juga menekankan perlunya koordinasi yang kuat atas Afghanistan.
* Burak Dag berkontribusi pada berita ini dari Ankara