REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan PBB, The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) mengatakan, akan mencari suntikan dana baru pada konferensi donor yang akan datang. UNRWA menghadapi ketidakstabilan keuangan terlebih selama pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan, bahwa pihaknya membutuhkan prediktabilitas untuk operasinya dalam menerapkan tiga kegiatan inti untuk rakyat Palestina. Ketiga kegiatan inti itu diantaranya pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial.
Badan pengungsi Palestina itu akan mencari 800 juta dolar As per tahun pada konferensi donor yang dijadwalkan berlangsung di Brussels bulan depan. Dana tersebut akan memungkinkan badan PBB untuk menjalankan sekitar 700 sekolah, melayani 550 ribu anak-anak, serta pusat kesehatan. Dana juga akan memberikan kesejahteraan sosial kepada pengungsi Palestina dan keturunan mereka.
Lazzarini mengatakan ada juga kebutuhan untuk jumlah tambahan yang diperkirakan sekitar 500 ribu dolar AS pada 2022, untuk menutupi bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh UNRWA. Badan tersebut juga kekurangan 100 juta dolar AS tahun ini, dan memperingatkan bahwa mereka mungkin harus menutup beberapa kegiatan pada November dan Desember.
"Hari ini kami terus berjuang, mengejar bantuan uang tunai," kata Lazzarini seperti dikutip laman Aljazirah, Sabtu (2/10). "Saya tidak pernah tahu sebagai komisaris jenderal minggu depan jika saya akan mampu membayar gaji 28 ribu staf," ujarnya menambahkan.
UNRWA membantu lebih dari lima juta warga Palestina di wilayah Palestina, Yordania dan Lebanon. Washington telah menghentikan hampir semua bantuan untuk UNRWA pada 2018 di bawah mandat Trump, yang menolak gagasan bahwa orang-orang Palestina menjadi pengungsi.
AS telah menjadi donor tunggal terbesar untuk badan tersebut. Negara tersebut menyumbang sekitar 30 persen (hampir 365 juta dolar AS) dari anggaran tahunan UNRWA.
Organisasi itu terluka parah akibat pemotongan anggaran selama bertahun-tahun, tetapi berhasil tetap utuh. Presiden AS saat ini Joe Biden telah berjanji untuk mengembalikan bantuan kepada Palestina dan menetapkan kembali tujuan dari solusi dua negara yang dinegosiasikan untuk konflik Israel-Palestina.