REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina menghadapi krisis anggaran eksistensial meminta dana mendesak sebesar 120 juta dolar AS.
Hal ini diperlukan guna menjaga pendidikan, perawatan, kesehatan, dan layanan lainnya yang dibutuhkan pengungsi Palestina.
“Kami terus berjuang, mengejar uang tunai. Situasi keuangan adalah ancaman nyata bagi organisasi ini, dan kita tidak boleh meremehkan masalah ini karena dapat memaksa organisasi untuk mengurangi layanan dan berisiko runtuh dengan sangat cepat,” kata Anggota Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini, seperti dilansir di Arab News, Ahad (3/10).
Lazzarini mengungkapkan bahwa krisis keungan ini mempertaruhkan kemampuan agensi untuk mempertahankan 550 ribu anak di sekolah, menyediakan perawatan kesehatan untuk ribuan pengungsi, dan membayar gaji 28 ribu stafnya pada November dan Desember.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB yang dikenal sebagai UNRWA didirikan untuk memberikan pendidikan, perawatan kesehatan, makanan, dan layanan lainnya kepada 700 ribu warga Palestina yang melarikan diri atau dipaksa dari rumah mereka selama perang di sekitar pendirian Israel pada tahun 1948.
Lazzarini menambahkan bahwa sikap pejabat agensi tidak jelas dalam menyelamatkan organisasi tersebut. Dia menekankan pentingnya peran Amerika Serikat sebagai donatur utama untuk UNRWA tahun ini setelah mantan presiden Donald Trump menghentikan semua pendanaan pada 2018.
Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden mengumumkan pada April akan memberikan dana sebesar 235 juta dolar AS untuk proyek-proyek di Tepi Barat dan Gaza, begitu juga dengan UNRWA
Namun Lazzarini mengatakan bahwa pendanaan Amerika Serikat telah diimbangi dengan penurunan pendanaan dari donatur lain sebagai dampak ekonomi dari pandemi Covid-19, dan tidak ada informasi dari calon donatur di Timur Tengah.
Dia menunjuk pada penurunan anggaran bantuan luar negeri Inggris dari 0,7 persen menjadi 0,5 persen dari PDB, dan penurunan dukungan Arab untuk UNRWA dari 200 juta dolar AS pada 2018 menjadi sekitar 89 juta dolar AS pada 2019 dan 37 juta dolar AS pada 2020.
Dia mengatakan pendanaan UNRWA yang tidak pasti telah menimbulkan kecemasan di antara para pengungsi Palestina. Bahwa “garis hidup” yang disediakan oleh badan tersebut dapat melemah, dan bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh komunitas internasional.
Dalam upaya untuk membalikkan tren ini, Lazzarini mengatakan Swedia dan Yordania akan menjadi tuan rumah bersama sebuah konferensi pada pertengahan November di Brussels. Tujuan utama pertemuan itu adalah untuk memastikan pendanaan multi-tahun yang lebih dapat diprediksi untuk badan tersebut.
Dia mengatakan bahwa UNRWA mencari sekitar 800 juta dolar AS per tahun selama tiga tahun untuk kegiatan inti dari organisasi tersebut. Yakni pendidikan, perawatan kesehatan, dan perlindungan sosial dan jaring pengamanan bagi pengungsi.
“UNRWA juga memiliki anggaran darurat terpisah yang memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan Suriah. Tahun ini anggarannya sekitar 500 juta dolar AS yang akan serupa juga dengan pada 2022,” kata dia.
Saat ini terdapat 5,7 juta pengungsi Palestina, termasuk anak dan cucu mereka. Namun demikian Lazzarini mengatakan bahwa UNRWA hanya dapat membantu 550 ribu jiwa untuk dapat mengakses pendidikan di sekolah dan 2,8 juta jiwa yang dapat memiliki tunjangan kesehatan. Selebihnya, nasib para pengungsi Palestina belum dapat diketahui siapapun.