REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN -- Raja Yordania Abdullah II menerima telepon dari Presiden Suriah Bashar al-Assad, Ahad (3/10). Istana Kerajaan menyatakan peristiwa itu sebagai komunikasi pertama sejak dimulainya konflik di Suriah satu dekade lalu.
Percakapan itu adalah langkah terbaru dalam mencairkan hubungan antara para pemimpin yang telah lama berada di pihak yang berlawanan dalam perang saudara Suriah. Yordania mendukung pemberontak arus utama Suriah yang didukung Barat yang berusaha mengusir Assad dari kekuasaan.
"Mereka membahas hubungan antara kedua negara bersaudara dan cara-cara meningkatkan kerja sama," kata pernyataan Istana Yordania.
Raja Abdullah II mengatakan kepada Assad bahwa negaranya mendukung integritas teritorial tetangga utaranya. Dia pun menekankan upaya untuk menjaga stabilitas dan kedaulatannya.
Sosok Raja Abdullah II telah menyerukan Assad untuk mundur setelah tindakan keras berdarah pemimpin Suriah terhadap protes damai pro-demokrasi terhadap pemerintahan otoriternya pada awal konflik tahun 2011. Yordania menjadi saluran pasokan senjata Barat dan Arab untuk pasukan yang mencoba menggulingkan Assad.
Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan terakhir mempercepat langkah untuk menormalkan hubungan dengan Suriah. Hampir dua minggu lalu menerima menteri pertahanan Suriah dalam kunjungan langka untuk mengoordinasikan keamanan lintas batas.
Namun, Departemen Luar Negeri AS menyatakan tidak memiliki rencana untuk menormalkan atau meningkatkan hubungan diplomatik dengan pemerintah Assad. Washington pun tidak mendorong pihak untuk melakukannya.
Raja Abdullah II mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Juli bahwa Assad ada di sana hanya untuk tinggal. Status quo yang membuat Damaskus dikucilkan oleh masyarakat internasional tidak dapat dipertahankan.
Para pejabat melaporkan, pemimpin Yordania telah menekan AS selama berbulan-bulan untuk melibatkan Suriah. Dia mendukung intervensi Rusia di negara yang dilanda perang itu, dengan mengatakan ini diperlukan untuk mendesak negara itu dari pijakan Iran yang semakin berkembang.
Amman sedang menunggu pengabaian Washington yang akan memungkinkan maskapai negara Royal Jordanian (RJ) untuk melanjutkan penerbangan langsung ke Damaskus untuk pertama kalinya sejak awal konflik. Yordania pekan lalu sepenuhnya membuka kembali perbatasan dengan Suriah untuk meningkatkan investasi dan perdagangan yang telah menderita selama konflik satu dekade.
Sumber: