REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) pada Senin (4/10) mengizinkan pemberian vaksin booster (penguat) COVID-19 Pfizer-BioNTech bagi orang-orang dengan sistem imun lemah yang parah. Booster diberikan minimal 28 hari setelah dosis kedua.
Komite Pengobatan Manusia EMA telah menilai data mengenai dosis booster Pfizer-BioNTech dan menyimpulkan bahwa data itu menunjukkan adanya kenaikan jumlah antibodi ketika dosis booster diberikan sekitar enam bulan setelah dosis kedua pada orang berusia 18-55 tahun.
Badan tersebut tidak secara langsung mengimbau orang dewasa yang sehat diberi suntikan booster. EMA juga masih mengevaluasi data mengenai vaksin booster Moderna.
Vaksin anti-COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech merupakan yang pertama direstui di Uni Eropa. Kelompok negara-negara Eropa itu juga turut mendanai pengembangan vaksin tersebut berdasarkan kontrak pembelian lanjutan yang diteken pada 2020.
Tahun ini, Pfizer-BioNTech berkomitmen untuk mengirim total 600 juta dosis vaksin ke blok tersebut. Terkait vaksin booster, Komisi Eropa dan Pfizer-BioNTech pada Mei menyepakati pembelian 1,8 juta dosis tambahan selama 2022-2023.
Vaksin Pfizer-BioNTech merupakan vaksin berbasis messenger RNA (mRNA), yakni molekul yang memberi instruksi ke sel-sel tubuh untuk menghasilkan protein dari virus penyebab COVID-19 agar tubuh siap melawan penyakit tersebut. Berbeda dengan vaksin-vaksin biasanya, vaksin Pfizer-BioNTech tidak mengandung virus COVID-19 itu sendiri.