REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Kamis mengecam pernyataan "sangat keliru" dari Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Turki dan Aljazair terkait kolonialisme.
Berbicara pada konferensi pers di ibu kota Ukraina Kyiv setelah bertemu dengan sejawatnya dari Ukraina, Cavusoglu mengatakan, "Sangat keliru menyeret Turki, yang tidak memiliki catatan hitam, seperti kolonialisme, dalam sejarahnya."
Menekankan Aljazair telah menunjukkan "reaksi yang sesuai" terhadap pernyataan Macron, Cavusoglu mengingatkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Macron sebelumnya setuju untuk "berbicara langsung," bukan melalui media.
"Dalam hal ini, kami menganggap pernyataan seperti itu salah," tutur menlu Turki.
Menyebut Prancis telah memasuki "suasana pemilu" menjelang pemilihan presiden pada 2022, Cavusoglu mengungkapkan, "Macron menggunakan cara ini karena pemilu."
"Namun, baik di Prancis maupun di negara lain, kami telah melihat bahwa pendekatan murahan seperti itu juga tidak membantu dalam proses pemilihan," tambah dia.
"Oleh karena itu, daripada pendekatan populis seperti itu, lebih baik dia mengambil langkah untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya sendiri," tekan menteri Turki itu.
Ketegangan meningkat antara Prancis dan Aljazair atas pernyataan Macron tentang masa lalu kolonial negara Afrika Utara itu.
Dalam upaya untuk meredakan masa lalu kolonialnya yang mengerikan, Presiden Prancis Macron mengklaim bahwa “ada kolonisasi sebelum pemerintahan kolonial Prancis” di Aljazair, mengacu pada kehadiran Ottoman di negara itu antara tahun 1514 dan 1830.