REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Sepuluh orang terluka pada Jumat dalam serangan pesawat tak berawak (drone) bermuatan bahan peledak di bandara King Abdullah di kota Jizan selatan Saudi, menurut kantor berita negara (SPA).
Enam warga Saudi, tiga warga negara Bangladesh dan satu warga Sudan terluka. Beberapa jendela bandara juga hancur dalam serangan itu, juru bicara koalisi menambahkan.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada 2015, mendukung pasukan pemerintah Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi dan memerangi kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran.
Tidak ada klaim tanggung jawab langsung oleh Houthi, tetapi kelompok itu secara teratur meluncurkan serangan drone dan rudal ke Arab Saudi.
Serangan ini muncul di tengah-tengah upaya rekonsiliasi Arab Saudi dan Iran. Arab Saudi dan Iran memulai pembicaraan pada April lalu. Kedua negara berupaya mengatasi ketegangan di antara mereka. Irak menjadi tuan rumah pembicaraan itu.
Dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB ke-76 beberapa waktu lalu, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menyinggung tentang pembicaraan yang dijalin negaranya dengan Iran.
“Iran adalah negara tetangga. Kami berharap pembicaraan awal kami dengannya akan mengarah pada hasil nyata guna membangun kepercayaan, membuka jalan untuk mencapai aspirasi rakyat kami dalam membangun hubungan kerja sama,” ucapnya.
Kendati demikian, Raja Salman menekankan, setiap hubungan dengan Iran harus didasarkan pada kepatuhan terhadap prinsip-prinsip dan resolusi legitimasi internasional. Kedaulatan harus dihormati. Intervensi dalam urusan internal masing-masing pihak mesti dihindari.
Menurut Raja Salman, Iran pun harus menyetop dukungannya pada kelompok teroris atau milisi sektarian di kawasan. Sebab keberadaan mereka hanya membawa perang dan kehancuran.