REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Organisasi hak asasi manusia Palestina, Addameer, mengatakan, tentara Israel mengisolasi 19 tahanan Palestina dalam "kondisi yang sangat keras" di penjara Negev. Israel juga telah melucuti barang-barang pribadi tahanan tersebut di dalam sel yang bahkan tak layak untuk manusia.
Mengutip salah satu tahanan, Nabil Mughayer, mengatakan, mereka menderita kondisi yang sangat keras dan merendahkan di tengah hukuman kolektif yang sama dengan penyiksaan. "Para tahanan ditempatkan berpasangan di sebuah ruangan kosong dengan dinding dan lantai hangus," kata Mughayer dilansir dari Anadolu Agency, Ahad (10/10).
Dia mengatakan, para tahanan kekurangan pakaian, kasur dan selimut, dan bahwa administrasi penjara hanya membawa kasur dan selimut untuk setiap tahanan setelah tengah malam dan membawanya kembali sebelum matahari terbit.
"Untuk istirahat, mereka hanya diperbolehkan istirahat satu jam, satu orang pada satu waktu, dan diborgol," ujar Mughayer.
Pada 6 September, enam tahanan Palestina berhasil melarikan diri dari penjara Gilboa dengan menggali terowongan dari sel mereka ke luar penjara. Pasukan Israel, berhasil menangkap kembali mereka satu pekan kemudian.
Tamim Salem, salah satu dari lima tahanan, mengatakan kepada LSM Addameer bahwa mereka hidup dalam kondisi sulit, di mana para tahanan tetap diborgol dan kaki mereka dirantai ketika mereka keluar untuk istirahat.
LSM Addameer menyerukan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) untuk mengunjungi para tahanan, melihat kondisi mereka, dan menggunakan segala cara untuk menekan (Israel) agar mencabut hukuman kolektif yang merendahkan martabat (tahanan) dan merendahkan martabat kemanusiaan.