REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat tinggi keamanan Israel dan Amerika Serikat (AS) menggelar pertemuan di Washington pada Selasa (12/10). Mereka sepakat menjalin konsultasi dekat mengenai ancaman yang ditimbulkan Iran.
“Penasihat Keamanan Nasional (AS) Jake Sullivan hari ini bertemu di Washington dengan menteri luar negeri, yang juga perdana menteri alternatif Israel, Yair Lapid, untuk membahas isu-isu regional dan global yang penting secara strategis bagi AS serta Israel,” kata Dewan Keamanan Nasional AS dalam sebuah pernyataan.
Dalam pertemuannya dengan Lapid, Sullivan menegaskan kembali komitmen Presiden AS Joe Biden guna memastikan Iran tak pernah memperoleh senjata nuklir.
“Para pejabat sepakat bahwa AS dan Israel akan terus berkonsultasi secara dekat tentang Iran serta hal-hal penting lainnya yang berdampak pada keamanan dan stabilitas kawasan. Para pejabat juga berbagi perspektif mereka tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Iran," ungkap Dewan Keamanan Nasional AS.
Sullivan dan Lapid turut membahas Abraham Accords yang tercapai pada era pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump. Lewat kesepakatan itu Israel berhasil melakukan normalisasi diplomatik dengan Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, dan Maroko.
Kesepakatan normalisasi itu dilaporkan sedang berupaya diperluas. Sullivan dan Lapid turut membahas isu konflik Israel-Palestina.
Sullivan menekankan pentingnya langkah-langkah praktis untuk meningkatkan kehidupan rakyat Palestina. Sejauh ini, pemerintahan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett tetap mempertahankan sikap menolak pembentukan negara Palestina. Baru-baru ini, Bennett bahkan menyamakan kemerdekaan Palestina dengan munculnya negara teror.
“Berdasarkan pengalaman kami, arti negara Palestina berarti sangat mungkin akan ada negara teror, kira-kira tujuh menit dari rumah saya dan dari hampir semua titik di Israel,” ucap Bennett dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Angela Merkel pada Ahad (10/10).