REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) membentuk panel untuk memperdebatkan strategi tentang cara hidup dengan Covid-19 dalam jangka panjang, Rabu (13/10). Negara itu berusaha untuk menghapus pembatasan virus corona dan membuka kembali perekonomian di tengah meningkatnya tingkat vaksinasi.
"Kami akan mengubah Covid-19 menjadi penyakit menular yang terkendali dan tidak lagi takut akan hal yang tidak diketahui, dan mengembalikan rutinitas lengkap kepada warga," kata Perdana Menteri Kim Boo-kyum pada pertemuan komite pertama panel.
Kim menyatakan kewajiban memakai masker akan terus diterapkan meski kebijakan baru diterapkan. Melalui strategi tersebut, pemerintah bertujuan untuk melonggarkan pembatasan virus corona bagi warga yang dapat membuktikan telah divaksinasi sepenuhnya. Kementerian Kesehatan menyatakan pekan lalu, keputusan ini pun sambil mendorong pasien Covid-19 tanpa gejala dan ringan berusia di bawah 70 tahun untuk pulih di rumah.
Pemerintah juga akan fokus pada jumlah rawat inap dan kematian daripada infeksi harian baru. Kantor berita Yonhap melaporkan Korea Selatan pun akan mempertimbangkan untuk tidak mempublikasikan yang terakhir setiap hari.
Korea Selatan tidak pernah memberlakukan karantina wilayah penuh tetapi telah berada di bawah pembatasan jarak sosial yang paling ketat sejak Juli. Ini termasuk jam operasional terbatas untuk restoran, kafe, sauna, dan pusat kebugaran dalam ruangan. Terdapat pembatasan pertemuan lebih dari dua orang setelah pukul 18.00 di dan sekitar Seoul.
Strategi baru datang ketika vaksinasi yang awalnya terhambat oleh kekurangan pasokan mulai meningkat. Negara ini telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 kepada 78,1 persen populasinya, sementara 60,7 persen divaksinasi sepenuhnya.
Pada September, pemerintah mengumumkan rencana untuk mempercepat kembali dengan bertahap ke kondisi normal mulai November ketika 70 persem dari 52 juta orangnya diharapkan telah sepenuhnya divaksinasi. Negara ini melaporkan 1.584 kasus Covid-19 baru pada Selasa (12/10) dengan mencatat total 335.742 infeksi dan 2.605 kematian.