REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak tiga sumber Reuters mengatakan Indonesia, Malaysia, dan Singapura memperlihatkan tanda-tanda tidak ingin pemimpin junta Myanmar Ming Aung Hlaing mengikuti KTT ASEAN pada 26-28 Oktober mendatang.
Namun, mereka berupaya agar posisi itu disepakati oleh sembilan negara ASEAN. Myanmar adalah anggota ke-10 ASEAN.
Para menteri luar negeri negara-negara ASEAN pada Jumat (15/10) akan membicarakan kemungkinan tidak menyertakan Min Aung Hlaing sebagai peserta pertemuan para pemimmpin ASEAN tersebut.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodor Locsin menyatakan dukungan agar Min Aung Hlaing tidak disertakan pada pertemuan-pertemuan puncak pada masa depan, Kamis (14/10). Ia menambahkan ASEAN sudah tidak boleh mengambil sikap netral soal Myanmar.
"Kami bisa tetap menjaga jarak dengan mereka (Myanmar), tapi kalau kami mengalah dengan cara apa pun, kredibilitas kami sebagai organisasi kawasan yang sebenarnya akan hilang," kata Locsin dalam wawancara dengan lembaga kajian Australia, Lowy Institute.
Kemungkinan KTT ASEAN tanpa kehadiran junta Myanmar muncul pada saat tekanan meningkat terhadap militer yang berkuasa di negara itu agar mereka mematuhi peta perdamaian yang sudah disepakati. Pertemuan para menlu itu juga akan dilangsungkan saat junta menepis kemungkinan utusan khusus ASEAN bisa bertemu dengan pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi. Suu Kyi sedang dihadapkan pada serangkaian persidangan atas sejumlah dakwaan sejak pemerintahannya digulingkan melalui kudeta pada 1 Februari. ASEAN (Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara) pada April mencapai lima butir kesepakatan dengan Min Aung Hlaing. Namun, beberapa anggota kelompok negara itu telah mengkritik kegagalan junta dalam menjalankan konsensus. Kesepakatan ASEAN-Hlaing tersebut antara lain mencakup dialog antara semua pihak, membuka akses kemanusiaan, serta penghentian permusuhan. Pertemuan pada Jumat ini, yang sebelumnya tidak dijadwalkan, akan diselenggarakan oleh Brunei sebagai ketua ASEAN saat ini.