REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela akan menangguhkan negosiasi dengan oposisi yang dijadwalkan digelar pekan ini. Keputusan ini disampaikan setelah negara Afrika, Cape Verde mengekstradisi pengusaha Kolombia dan utusan Venezuela, Alex Saab ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani sidang atas dakwaan pencucian uang.
Pengumuman ini disampaikan legislator Partai Sosialis Venezuela dan kepala negosiasi tim pemerintah dengan oposisi Jorge Rodriguez, Sabtu (16/10) kemarin. Ia mengatakan pemerintah Venezuela tidak akan menghadiri pertemuan yang dimulai Ahad (17/10) ini, dilansir dari reuters.
Pada bulan September lalu pemerintah Venezuela menunjuk Saab sebagai anggota tim negosiasi dalam perundingan dengan oposisi di Meksiko dimana kedua belah pihak hendak menyelesaikan krisis politik mereka. Cape Varde menahan Saab pada Juni 2020 lalu saat ia sedang mengisi bensin pesawatnya.
Dalam pernyataannya yang dibacakan Rodriguez, pemerintah Venezuela memutuskan menangguhkan negosiasi. "Sebagai bentuk protes terdalam kami terhadap agresi brutal pada orang dan pihak yang kami nobatkan sebagai delegasi kami Alex Saab Moran," katanya.
Pemimpin oposisi Juan Guaido mengecam keras keputusan tersebut. Menurutnya langkah ini tidak bertanggung jawab.
"Dengan menangguhkan uluran tangan secara tak bertanggung jawab di Meksiko ini, sekali lagi mereka menghindari perhatian yang sangat dibutuhkan negara, yang saat ini mengalami kemiskinan ekstrem hingga 76,6 persen," cicit Guido di Twitter.
Guido mengatakan ia akan terus berusaha menemukan solusi krisis di Venezuela. Dalam unggahannya di Twitter Kementerian Komunikasi Venezuela mengecam ekstradisi Saab sebagai 'penculikan'.
Sumber mengatakan beberapa jam setelah Saab diekstradisi, Venezuela mencabut tahanan rumah enam orang mantan eksekutif kilang minyak Citgo, anak perusahaan dari perusahaan minyak milik pemerintah Venezuela PDVSA yang beroperasi di AS.
Pada tahun 2019 Departemen Kehakiman AS mendakwa Saab atas koneksinya dengan sebuah skema suap. Skema tersebut membuatnya mendapat keuntungan dari nilai tukar yang dikendalikan pemerintah Venezuela.
AS juga mensanksi Saab atas tuduhan merencanakan jaringan korupsi yang membuatnya dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro mendapat keuntungan dari program subsidi pangan Venezuela.
Pengacara Saab mengatakan, dakwaan AS 'bermotif politik'. Stasiun radio nasional Cape Verde mengumumkan ekstradisi itu pada Sabtu kemarin. Pemerintah Cape Verde belum dapat dimintai komentar.
Juru bicara Departemen Kehakiman AS mengkonfirmasi ekstradisi Saab dan mengatakan ia diharapkan akan menghadiri sidang pada Senin (18/10) di Pengadilan Distrik untuk Distrik Selatan Florida, AS.
Dalam unggahan di Twitter, Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan ekstradisi Saab 'kemenangan dari perjuangan melawan penyelundupan narkoba, pencucian uang dan korupsi yang dilakukan kediktatoran Nicolas Maduro'.
Sumber mengatakan para mantan eksekutif Citgo dibawa dari rumah mereka ke kantor pusat intelijen kepolisian. Pada November 2017 lalu para eksekutif itu ditangkap pihak berwenang Venezuela setelah dipanggil untuk rapat di kantor pusat PDVSA di Caracas.
Lalu sejak bulan April lalu mereka dibebaskan dari penjara dan menjadi tahanan rumah. Enam orang tersebut terdiri dari lima orang naturalisasi dan satu orang pemukim tetap AS.
"Ayah saya tidak bisa dijadikan alat tukar, saya mengkhawatirkan kesehatannya, terlebih mengingatkan kasus virus korona di negara itu," kata Cristina Vadell, putri mantan eksekutif Citgo Tomeu Vadell.
Kementerian Komunikasi dan kantor Jaksa Agung Venezuela belum menanggapi permintaan Komentar.