Senin 18 Oct 2021 06:55 WIB

Palestina Kecam Pembangunan Stasiun Bus Israel di Nablus

Israel diduga berpacu waktu untuk caplok Tepi Barat Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Israel diduga berpacu waktu untuk caplok Tepi Barat Palestina. Wilayah Nablus Tepi Barat Palestina (ilustrasi)
Foto: AP/Majdi Mohammed
Israel diduga berpacu waktu untuk caplok Tepi Barat Palestina. Wilayah Nablus Tepi Barat Palestina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Palestina mengecam proyek pembangunan stasiun bus Israel di wilayah Nablus, Tepi Barat. Palestina menyebut fasilitas itu dibangun di tanahnya yang diduduki. 

Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan, pembangunan stasiun itu merusak peluang perdamaian berbasis solusi dua negara. "Proyek baru termasuk membangun stasiun bus untuk pemukim Israel antara Ramallah dan Nablus untuk memfasilitasi pergerakan mereka serta menghubungkan jaringan jalan permukiman dengan Israel," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, Ahad (17/10). 

Baca Juga

Menurut Palestina, ada rencana besar di balik proyek pembangunan stasiun bus tersebut. Dalam hal ini, Israel berpacu dengan waktu untuk sepenuhnya mencaplok wilayah Tepi Barat. 

“(Proyek itu) menyabotase setiap peluang untuk mendirikan negara Palestina yang layak dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” katanya. 

Sejauh ini, terdapat sekitar 650 ribu pemukim Yahudi Israel yang tinggal di 164 permukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. 

Langkah Israel untuk terus membangun permukiman di wilayah Palestina yang diduduki menjadi hambatan utama dalam proses perdamaian antara kedua belah pihak. 

Negosiasi perdamaian Israel dan Palestina telah terhenti sejak 2014. Palestina pun telah mundur dari pembicaraan damai yang dimediasi Amerika Serikat (AS). 

Langkah itu diambil setelah pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. 

Baca juga : Hamas Sambut Pembatalan Status Pengamat Israel di Uni Afrika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement