REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rakyat Uzbekistan memberikan suara dalam pemilihan presiden, Ahad (24/10). Petahana Presiden Shavkat Mirziyoyev hampir dapat dipastikan memenangkan periode pemerintahan kedua mengingat tak ada oposisi kuat yang dihadapinya.
Prediksi kemenangan Mirziyoyev juga akan membuka jalan baginya untuk memperdalam kampanye reformasi yang sukses secara garis besar dan mungkin akan memimpin Uzbekistan untuk menjadi lebih terbuka terhadap perdagangan dan investasi asing --pada saat yang sama menjaga sistem politik yang sangat terpusat.
Pemimpin berusia 64 tahun tersebut telah membangun kembali hubungan negaranya, yang kaya sumber daya, dengan Rusia dan Barat.Hubungan tersebut menegang di bawah pendahulunya, Islam Karimov, yang merupakan presiden Uzbekistan pertama pascakemerdekaan.
Mirziyoyev juga mengendalikan dinas keamanan yang kuat dan memastikan pembebasan sejumlah tahanan politik, yang dipenjara karena pendekatan tanpa toleransi yang dianut Karimov terhadap perbedaan pendapat. Namun, tidak ada partai oposisi yang nyata di negara mayoritas Muslim berpenduduk 34 juta itu.