Senin 25 Oct 2021 19:03 WIB

Identitas Korban Pembunuhan Berantai 37 Tahun Lalu Terungkap

Korban pembunuhan berantai di Alaska berhasil diidentifikasi lewat tes DNA

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi pembunuhan. Korban pembunuhan berantai di Alaska berhasil diidentifikasi lewat tes DNA.
Foto: pixabay
Ilustrasi pembunuhan. Korban pembunuhan berantai di Alaska berhasil diidentifikasi lewat tes DNA.

REPUBLIKA.CO.ID, ANCHORAGE -- Unit Investigasi Kasus Dingin Biro Investigasi Alaska mengumumkan seorang perempuan yang dikenal selama 37 tahun hanya sebagai Horseshoe Harriet telah diidentifikasi melalui silsilah genetik dan pencocokan DNA. Dia adalah satu dari selusin korban pembunuhan berantai Alaska yang terkenal, Robert Hansen.

Korban diidentifikasi sebagai Robin Pelkey yang berusia 19 tahun. Dia tinggal di jalanan Anchorage ketika dibunuh oleh Hansen pada awal 1980-an.

Baca Juga

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua polisi, penyelidik, dan analis yang telah bekerja keras dalam kasus ini selama 37 tahun terakhir. Tanpa kerja keras dan keuletan mereka, identitas Pelkey mungkin tidak akan pernah diketahui," kata Komisaris Departemen Keamanan Publik Alaska James Cockrell dalam sebuah pernyataan.

Dari beberapa sisa-sisa kerangka yang ditemukan pada 1984, Pelsky ditemukan tergeletak di tanah dekat Danau Horseshoe, dekat Sungai Little Susitna hanya beberapa mil barat laut Anchorage. Tidak ada identitas pada tubuh yang kemudian dikenal sebagai Horseshoe Harriet.

Hansen mengatakan kepada penyelidik bahwa perempuan itu seorang pekerja seks yang diculik dari pusat kota Anchorage sekitar musim dingin 1983. Dia mengatakan kepada penyelidik bahwa dia menerbangkannya ke danau dengan pesawat kecilnya, membunuhnya, dan membuang mayatnya. Dia tidak tahu namanya atau banyak hal lain tentang korban itu.

Autopsi mengonfirmasi mayat itu adalah seorang perempuan kulit putih berusia antara 17-23 tahun. Tidak ada laporan orang hilang yang cocok dan dia dimakamkan di pemakaman kota Anchorage sebagai orang yang tidak diketahui.

Kasus ini dibuka kembali pada 2014, tahun yang sama ketika Hansen meninggal di penjara pada usia 75 tahun. Mayatnya digali dan sampel dikirim untuk membuat profil DNA yang ditambahkan ke database orang hilang nasional FBI. Itu tidak memberikan identifikasi.

Pada September 2020, para penyidik melakukan upaya lain untuk mengidentifikasi sisa-sisa menggunakan silsilah genetik. Sampel tulang dikirim ke laboratorium swasta dan DNA tambahan diekstraksi dan dikirim untuk Whole Genome Sequencing. Data ini kemudian dikirim ke lab lain, dengan profil DNA dibuat dan diunggah ke database silsilah akses publik pada April.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement