REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Maskapai penerbangan nasional Turkish Airlines pada Selasa menangguhkan penerbangan antara Turki dan Sudan setelah militer negara itu membubarkan pemerintah dan memberlakukan keadaan darurat.
Maskapai itu mengumumkan penerbangan pulang pergi dari Istanbul ke Khartoum pada Senin dan Selasa telah dibatalkan. Turkish Airlines kemudian mengatakan penerbangan pulang pergi pada Rabu dan Kamis juga telah dibatalkan.
Kepala dewan militer yang berkuasa di Sudan, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, pada Senin mengumumkan keadaan darurat dan membubarkan dewan kedaulatan transisi dan pemerintah.
Langkah itu dilakukan beberapa jam setelah militer menangkap Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menteri-menteri dalam pemerintahan sipil. Al-Burhan juga mengumumkan penangguhan beberapa ketentuan dalam konstitusi yang mengatur transisi politik di Sudan.
Menurut Kementerian Informasi Sudan, militer menahan Hamdok pada Senin pagi setelah dia menolak untuk mendukung apa yang disebutnya sebagai "kudeta". Setelah kudeta militer yang gagal bulan lalu, ketegangan yang mendalam antara militer dan pemerintah sipil meletus di Sudan di tengah protes saingan baru-baru ini di Khartoum.