REPUBLIKA.CO.ID, DOUALA - Amnesty International mendesak masyarakat internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan demi memerangi dampak kekeringan di Madagaskar.
"Madagaskar mencapai puncak dalam krisis iklim. Ini berarti satu juta orang menghadapi bencana kekeringan dan pelanggaran hak mereka untuk hidup, kesehatan, makanan, dan air. Ini termasuk risiko kelaparan," kata kepala Amnesty International Agnes Callamard dalam sebuah laporan.
Kekeringan akan memburuk dan "secara tidak proporsional memengaruhi populasi negara berkembang," kata Callamard.
Malagasi, menurut organisasi hak asasi manusia, sedang menghadapi kekeringan yang menghancurkan di selatan di mana 91 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Krisis iklim menyebabkan "penderitaan dan kematian yang mengerikan," tutur dia.
Di wilayah selatan, yang telah dilanda kelaparan selama 40 tahun terakhir, 1,14 juta orang lebih dari 27 juta menghadapi kerawanan pangan tingkat tinggi dan 14.000 berada dalam keadaan "bencana," kata Amnesty, mengacu pada laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FOA) yang diterbitkan pada Mei.
Sebesar 95 persen orang Malagasi di selatan hidup dengan pertanian, peternakan, dan kegiatan perikanan yang telah terancam dalam beberapa tahun terakhir oleh musim hujan di bawah rata-rata.
Bahaya iklim "telah menyebabkan penurunan parah dalam produksi makanan pokok, terutama beras dan singkong, serta penurunan ukuran dan kondisi ternak. Kekeringan juga telah menghancurkan ternak, yang selanjutnya mengikis mata pencaharian masyarakat," menurut kepada FAO seperti dikutip Amnesty International.
Krisis juga telah memaksa migrasi untuk mencari makanan dan merampas masa depan anak-anak dengan memaksa mereka putus sekolah dan mencari pekerjaan karena kelaparan, kata Amnesty.