REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Jenderal senior Amerika Serikat (AS) yang menjabat sebagai Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS, John Hyten menilai bahwa kecepatan militer China dalam mengembangkan kemampuannya adalah hal yang menakjubkan. Di sisi lain ia menyebut pembangunan militer AS menderita karena birokrasi.
Hyten menganggap ancaman China konsisten yang terus menerus membayangi. Adapun Rusia sebagai ancaman paling dekat. "Menyebut China sebagai ancaman yang kian terus mendekat adalah istilah yang berguna karena kecepatan pergerakan China sangat menakjubkan," kata Hyten kepada wartawan di meja bundar Defense Writers Group Kamis pagi, seperti dikutip laman CNN, Jumat (29/10).
"Kecepatan dan konsistensi mereka bergerak dalam jalur akan melampaui Rusia dan Amerika Serikat jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mengubahnya. Itu akan terjadi. Jadi saya pikir kita harus melakukan sesuatu," ujarnya menambahkan.
Menurutnya, ini bukan hanya soal AS, tapi Washington dan sekutu. "Jika hanya Amerika Serikat, itu akan menjadi masalah dalam lima tahun. Tetapi jika itu Amerika Serikat dan sekutu kami, saya pikir kami bisa baik untuk sementara waktu," ujarnya.
Hyten akan pensiun bulan depan. Hyten sebelumnya menjabat sebagai Komando Strategis AS yang bertanggung jawab atas cadangan nuklir negara dan memantau ancaman strategis ke AS.
"Meskipun kami membuat kemajuan kecil, Departemen Pertahanan AS masih sangat birokratis dan lambat," kata Hyten. "Kita bisa pergi cepat jika kita mau, tetapi birokrasi yang kita buat sangat brutal," ujarnya menambahkan.
Hyten menolak untuk merinci apa yang diketahui tentang uji coba rudal hipersonik China selama musim panas lalu. Dia hanya membenarkan bahwa sebuah tes telah terjadi dan menurutnya itu sangat memprihatinkan.
Komentar Hyten muncul sepekan setelah uji hipersonik AS gagal. Komentarnya juga muncul di tengah masih tegangnya hubungan AS dan China oleh karena isu Taiwan. Dia kemudian mengulangi keprihatinan AS yang disuarakan oleh atasan langsung, Kepala Gabungan Jenderal Mark Milley, tentang uji hipersonik Cina yang baru-baru ini dilaporkan.
Ketika ditanya tentang laporan awal Financial Times tentang uji hipersonik, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan uji coba Agustus adalah pesawat ruang angkasa, bukan rudal. Hyten menilai senjata hipersonik dan nuklir yang sedang dibangun China, hanya sebagian berkaitan dengan Taiwan. Sebaliknya, mereka dimaksudkan untuk AS.