REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran menuding Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai dalang di balik aksi serangan siber yang mengganggu penjualan bahan bakar minyak (BBM) di negara tersebut. Namun Teheran menyebut penyelidikan teknis terkait hal itu belum usai.
"Kami masih belum dalam posisi untuk mengatakan forensik, tetapi secara analitis saya pikir itu dicapai oleh rezim Zionis, Amerika, dan agen mereka," kata kepala pertahanan sipil Iran Gholamreza Jalali pada Sabtu (30/10).
Dia yakin AS dan Israel juga merupakan dalang serangan siber yang mengganggu sistem kereta api Iran pada Juli lalu. Kedua negara itu pun dituduh terlibat dalam serangan siber pelabuhan Shahid Rajaee pada Mei 2020.
Pekan ini, Presiden Iran Ibrahim Raisi mengatakan serangan siber yang mengganggu penjualan bensin bersubsidi dirancang untuk menciptakan kekacauan. Sekitar separuh dari 4.300 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) telah terhubung dan beroperasi kembali.
Beberapa jam setelah serangan siber, SPBU-SPBU sebenarnya secara bertahap dibuka kembali. Namun mereka hanya dapat dioperasikan secara manual untuk menjual bahan bakar yang lebih mahal.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah menyampaikan mereka dalam siaga tinggi untuk menghadapi serangan siber. AS dan Israel menjadi dua negara yang diwaspadai Teheran. Sebaliknya, AS dan sejumlah negara Barat menuding Iran mencoba mengganggu serta membobol jaringan mereka.